P2Tel

Bawi lamus menyoroti Pesona Tanah Dayak

(beritasatu.com)-JAKARTA; Kalimantan menyimpan kekayaan sumber daya alam dan kekuatan seni tradisi yang penting dijaga dan dilestarikan. Terinspirasi pesona alam Kalteng yang menakjubkan, serta simbol2 luhur seni tradisi Dayak yang agung, lahirlah karya pertunjukan Bawi Lamus.

 

Pertunjukan akan dipentaskan di Gedung Teater Jakarta, TIM, pada 13-14/10/2018. Bawi Lamus itu pertunjukan seni dan tradisi Suku Dayak Ngaju dan Suku Dayak Manyan dari Kalteng, dikolaborasikan dengan musik orkestra dengan kemasan tata pertunjukan modern.

 

Dalam bahasa Dayak, Bawi Lamus berarti wanita cantik dan anggun. Energi yang dipancarkan sosok istimewa Bawi Lamus diharapkan menjaga kelestarian lingkungan alam serta menata hubungan harmonis antar manusia dan tetap berserah pada Tuhan YME.

 

Awal perjalanannya, putra daerah Kalteng, Teras Narang, ingin mengangkat seni tradisi Suku Dayak Kalteng. Cita2 Bawi Lamus itu memperkenalkan sebagian dari kebudayaan Dayak yang belum maksimal dikenal masyarakat. “Kehidupan kesenian di Kalteng cukup baik. Tapi baik saja tak cukup, harus diperkuat, dipertontonkan dan ditonjolkan” ungkap Teras, saat jumpa pers di Jakarta Selatan (26/9).

 

Gayung bersambut, ide ini direspon positif oleh penulis naskah teater Bawi Lamus, Paquita Widjaja Rustandi. Ia mengatakan, pertunjukan Bawi Lamus jadi narasi yang bercerita kondisi Kalimantan bukan tentang keindahannya, dan tentang cita2 serta harapan di masa mendatang.

 

“Mistis alam, kebijakan budaya, keunikan sejarah, dan keindahan manusia Kalimantan meniupkan pesona inspirasi seni bagi kami. Ini pertunjukan multietnik yang tetap mengangkat 4 tema utamanya alam, manusia, sejarah, dan harapan. Itu yang jadi 4 pilar pertunjukan Bawi Lamus ini” kata Paquita

 

Dayak dikenal keindahan alamnya, leluhurnya, sejarah. Tapi Kalimantan juga paru dunia2. Harapan Paquita, pertunjukan ini memberi inspirasi pada penonton dan menghibur. Untuk menyelesaikan naskah ini, dia harus melakukan riset mendalam agar dapat memberikan sajian karya yang utuh.

 

“Saya mulai membaca se-banyak2nya artikel di internet tentang sejarah Dayak, juga membaca literatur2 dari zaman penjajahan Belanda. Riset dilanjutkan di Kalimantan. Kami berbicara dengan yang kompeten untuk memberi informasi lebih dalam” jelasnya. (Dina Fitra Anisa; EAS; Bahan dari : Suara Pembaruan dan http://www.beritasatu.com/hiburan/513012-pertunjukan-bawi-lamus-menyoroti-pesona-tanah-dayak.html)-FatchurR *

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version