(finansial.bisnis.com)- BADUNG; Setelah Asian Games, Gempa Lombok, Gempa dan Tsunami Palu dan Asian Para Games, perhatian kini ke Annual Meeting IMF-World Bank Group (WBG) 2018.
Tanggal (7/10/2018), ± 34.000 orang anggota, pendukung hingga awak media ber-bondong2 ke Bali. Sebelum hajatan 3 tahunan yang diikuti delegasi jasa keuangan dari 189 negara itu, berbagai kalangan meragukan penting tidaknya event ini digelar di Indonesia. Di jagat dunia maya, nada skeptimisme event ini dilangsungkan masih mengemuka.
Pemikiran skeptik, ajang ini panggung bagi Indonesia untuk berhutang ikut2an merebak. Edisi kali ini, Bisnis akan menjelaskan kenapa event ini penting. Bersyukurlah, ada Mantan Menkeu M Chatib Basri yang gamblang menjelasan di akun twitternya. Chatib merisalahkan latar belakang Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia itu jadi 11 poinn background.
“Karena banyak pertanyaan soal IMF/World Bank annual meeting, saya perlu tweetkan” jelasnya memulai penjelasan dikutip dari akunnya pada (7/10/2018).
Kedua, pemerintah bersama BaI, mengajukan diri jadi tuan rumah pertemuan tahunan September 2014. Prosesnya tak mudah, bersaing dengan Negara2 lain. Indonesia dipilih jadi tuan rumah Oktober 2015,
Ketiga, di Asia baru Filippina, Singapore, Thailand dan Indonesia, baru 4 negara, Proses jadi tuan rumah tidak mudah, diseleksi dan dilihat kemampuannya.
Keempat, ada pertanyaannya pertemuan tahunan untuk minta tambahan utang? Jawabannya tidak. Minta tambahan utang, tak perlu jadi tuan ruman. Argentina utang IMF tahun ini karena krisis. Mereka bukan tuan rumah.
Kelima, di dalam pertemuan ini dibahas situasi ekonomi dunia, diskusi mengenai kebijakan Negara2. Perkembangan teknologi dll. Indonesia bisa memanfaatkan untuk komunikasi dan memasukkan idenya
Keenam, bersama Gubernur Rajan (India) di meeting terbatas saya minta the Bernanke dari The Fed utk berkomunikasi dan mempertimbangkan dampak policy nya pada emerging economies. IMF mendukung kita.
Ketujuh, Ini contohnya posisi Indonesia yg diperjuangkan juga di annual meeting US warned over recovery as QE3 uncertainty risks EM slowdown.
Kedelapan, tahun 2014, ketika Yellen jadi chair the Fed, Ia mengkomunikasikam policy nya, agar negara lain siap. Di G-20 Sydney, saya dan Gub Rajan jadi lead speaker bersama Yellen waktu itu, membahas dampak Fed policy terhadap emerging market.
Kesembilan, itulah salah satu manfaat pertemuan tahunan. Kita bisa memperjuangkan ide kita di forum-forum itu. Sedangkan untuk tambahan utang, tak perlu pertemuan tahunan.
Kesepuluh, Indonesia justru harus memanfaatkan pertemuan tahunan ini untuk memasukkan agendanya. Dengan begitu Indonesia akan berperan di level global.
Kesebelas, ada satu lagi pertanyaan ke saya, apakah biayanya diajukan tahun 2014? Tentu tidak. Indonesia diputuskan menjadi tuan rumah Okt 2015. Setelah itulah baru anggaran disusun. Dan itu terserah Indonesia mau membuatnya besar atau kecil. Sama seperti Asian Games juga.
Penjelasan itu sudah sangat gamblang dipaparkan oleh salah satu orang yang pernah menjadi penjaga masalah keuangan di Tanah Air. Tidak ada alasan untuk menyepelekan penjelasan dari mantan Menkeu itu. (Bahan dari : http://finansial.bisnis.com/read/20181007/9/846469/javascript)-FatchurR *