(cnnindonesia.com)-Jakarta, Beribu-ribu km dari Mountain View, perempuan muda yang kuliah UI (Azka Slimi) bermimpi memberdayakan kaum marjinal yang kerap ia temui. Mimpi itu membawa Azka (21) itu terlibat sejumlah kegiatan yang fokus pada isu sosial dan lingkungan.
Setelah mengikuti seminar mengenai startup, ia lihat potensi besar dari teknologi mesin pencari. Azka menganggap potensi dari mesin pencari yang dapat dikembangkan sedemikian luas dan ia ingin potensi ini dapat menyalurkan minatnya terhadap isu sosial. “Kegiatan browsing jadi keseharian, sudah jadi bagian gaya hidup. Terlebih di Indonesia” cerita Azka, saat bincang dengan CNNIndonesia.com
Akhirnya Azka pilih mesin pencari sebagai medium berdonasi yang ia sebut social search engine. Konsep ini ia menjembatani kegiatan donasi di sela2 kehidupan masyarakat sekaligus jawaban keinginannya melibatkan aksi sosial di ujung jari pengguna internet. Menggandeng seorang rekan, lahir gagasan menciptakan mesin pencari : “Geevv” pada Agustus 2016. Hanya sebulan (26/9/16) Geev beroperasi.
Apa itu Geevv?
Geevv bukan sekadar mesin pencari seperti Google. Secara teknis, kerjanya tak jauh beda seperti dari Google. Prinsipnya, startup yang ia buat social search engine. Maksud istilah sosial itu tujuan utama yang ingin dicapai dari mesin pencari. Mayoritas keuntungan yang dihasilkan dari Geevv disalurkan ke program sosial seputar kesehatan, pendidikan, dan kemiskinan.
Tiap satu pencarian yang berhasil via situs Geevv.com, pengguna menghasilkan Rp10 di saldo donasinya. Angka itu terus berlipat seiring jumlah pencarian yang dibuat. Makin sering digunakan, berlipat pula donasi yang dihasilkan. Uang donasi dari pengguna terlihat di pojok kanan atas situs pencarian. Jumlah uang donasi itu dari iklan. Setelah diambil 20% profit perusahaan, sisanya 80% untuk donasi.
“Cara penghitungannya jumlah rata2 iklan yang muncul dibagi banyaknya hasil pencarian,” terang Azka. Dari situs web Geevv, total donasi yang tersalurkan per 29/10 berjumlah Rp230.900.
Tetap mengincar keuntungan
Meski porsi keuntungan untuk donasi besar, Geevv sebagai entitas bisnis mengincar profit. Ia tak menampik tujuan lain mendirikan Geevv itu cari untung. “Donasi yang disalurkan itu sudah dikurangi dari biaya operasional dll. Jadi kita profit kok” tegas dia yang sedang menyelesaikan studinya ini.
Selain mengupayakan trafik terus bertambah, saat ini ia dan timnya mengembangkan produk2 turunan untuk monetisasi. Dengan cara demikian, Geevv mendapat penghasilan tambahan tanpa mengutak-atik sistem donasi yang sudah berjalan.
Dalam hal pendanaan, Geevv disokong perusahaan family office investment asal Indonesia (RnB Fund). Namun dia tak menyebutkan angka investasi yang mereka peroleh dari masa pendirian hingga sekarang.
Harapan Geevv
Dua persen dari market share mesin pencarian di Indonesia ittu target bsinis dipatok Geevv selama 2 tahun ke depan. Angka itu bukan target kecil mengingat mereka berhadapan dengan raksasa Google. Azka berharap dalam dua tahun, bisa berkembang lebih dari angka itu.
“Setidaknya 2% dari market share, itu besarkalau kita lihat potensi yang ada. Sedang dalam 5 tahun ke depan target kita 5%” tutur Azka. Geevv tak akan mudah mencapainya. Apalagi sejarah mesin pencari lokal beberapa tahun belakangan tumbang satu per satu digilas kecanggihan algoritma Google.
Itu sebabnya menurut Azka peran pemerintah krusial pada pertumbuhan Geevv. Ia bercermin pengalaman mesin pencari di Cina, Jepang, Jerman, dan Rusia, yang dilindungi dan dipercaya pemerintah lewat kebijakan di sana untuk melayani aktivitas pencarian online di negara mereka.
Sejumlah situs pencari Indonesia seperti findtoyou.com, nowgoogle.com, itu korban keganasan kompetisi mesin pencari. Melihat pendahulu2nya, Geevv percaya diri bertahan dengan diferensiasi konsep yang ditawarkan. Azka tak ingin muluk bermimpi menyaingi Google setidaknya dengan sumber daya yang terbatas.
Di Indonesia jumlah pengguna produk Google fantastis. Bedasar survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) per Oktober 2016, ada 81,8 juta pengguna internet Indonesia pakai Google Chrome sebagai browser utama.
Angka itu melebihi setengah dari 132,7 juta pengguna internet nusantara. Produk lain Google : Gmail mengantogi perolehan pengguna yang sama besar di Indonesia seperti Chrome, jauh meninggalkan pesaingnya seperti Yahoo yang digunakan oleh 43,6 juta orang. (tyo; Bintoro Agung; Bahan dari : https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20161031115044-185-169044/geevv-mesin-pencari-dengan-misi-sosial-buatan-mahasiswi-ui)-FatchurR