(beritasatu.com)-JAKARTA; Kemen-PUPR kini menggarap “bendungan kering” pertama di Indonesia di Jawa Barat, dengan salah satu tujuannya mengurangi “banjir kiriman” ke Jakarta. Bendungan kering itu di Ciawi dan Sukamahi, Kab-Bogor.
Melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung Cisadane, dua bendungan itu untuk mengurangi banjir kiriman dari Bogor ke Jakarta. Bendungan Ciawi dan Sukamahi dibangun sejak (2017), dan ditargetkan selesai akhir-2019, menurut keterangan pers Ditjen Sumber Daya Air (Ditjen SDA), Kemen- PUPR, yang diterima redaksi, (9/11).
Bendungan Ciawi memiliki volume tampung 6,45 juta m3 air atau bisa menampung 365 m3 air per detik. Bendungan Sukamahi memiliki volume tampung 1,68 juta m3 atau 56 meter kubik air per detik.
“Dua bendungan itu berfungsi memperlambat air ke Jakarta. Air akan ditampung ke kedua bendungan lebih dulu, dan akan dialirkan ke Bendung Katulampa, sehingga air yang mengalir jadi lebih lambat dan sedikit. Jadi air yang ditampung di Bendung Katulampa bisa dialirkan bertahap ke Jakarta” bunyi keterangan persnya.
“Pembangunan 2 bendungan ini bentuk perhatian dan komitmen Kemen-PUPR mengendalikan banjir, tidak hanya di hilir melainkan sejak hulu. Bendungan Ciawi dan Sukamahi ini bendungan kering (dry dam) pertama di Indonesia, artinya baru digenangi air jika intensitas hujan tinggi, dan kemarau bendungan akan kering.”
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menjelaskan pengendalian banjir di Jakarta tak bisa hanya dilakukan melalui upaya struktural atau pembangunan fisik seperti kegiatan normalisasi sungai dan membangun bendungan, tapi juga perlu upaya lain kegiatan non struktural melalui kampanye penyadaran masyarakat, tata ruang, dan pembuatan berbagai sumur resapan di lingkungan rumah masing2.
Kemen-PUPR saat ini membangun 65 bendungan, terdiri dari 16 bendungan lanjutan dan 49 bendungan baru. Program itu juga bertujuan memanfaatkan potensi sumber daya air 3,9 triliun m3 di Indonesia.
“Saat ini kami fokus meratakan pembangunan infrastruktur sumber daya air ke daerah2 Indonesia agar ke depannya tidak ada lagi daerah kekeringan ketika musim kemarau, dan daerah yang mengalami kebanjiran ketika musim hujan,” kata Dirjen SDA Hari Suprayogi.
“Kami terus berupaya meningkatkan kompetensi SDM yang kami miliki, juga menjalin kerjasama dengan negara2 seperti China untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mengenai infrastruktur sumber daya air, khususnya bendungan.”
Mengingat kerjasama dengan Tiongkok pada bendungan Jatigede terlaksana dengan baik, Ditjen SDA mengusulkan kerja sama untuk pekerjaan2 : Bendungan Pelosika di Sultra, Jenelata di Sulsel, Lambakan di Kaltim dan Riam Kiwa di Kalseel, yang dalam tahap review oleh pemerintah Tiongkok, kata Hari. (Heru Andriyanto; HA; Bahan dari : BeritaSatu.com dan http://www.beritasatu.com/ekonomi/521498-kementerian-pupr-bangun-bendungan-kering-pertama-di-indonesia.html)-FatchurR *