(regional.kompas.com)-KULON PROGO, Meski dalam keterbatasan, sejumlah penyandang disabilitas intelektual (tuna grahita) terlatih mampu menghasilkan karya batik. Mereka 22 penyandang disabilitas intelektual dari Kelompok Swadaya Masyarakat “Giri Kasih” di Jurang Jero, Desa Giripeni, Wates, Kulon Progo, DIY.
Mereka bisa membuat motif “ciprat” atau corak dominan titik2, semburan, dan semburat seolah percikan air. Pewarnaan kain menguatkan kesan percikan itu. Kepala Balai Besar Rehabilitas Sosial Bina Grahita “Kartini” Kota Temanggung, Jateng, Murhardjani mengatakan, motif ini sebagai hal yang paling mungkin dilakukan penyandang ini untuk mencipta karya.
“Ciprat tidak sulit bagi mereka,” kata Murhardjani di peluncuran Sheltered Workshop Peduli Giri Kasih, (26/11/18). Kemunculan produksi batik ini berawal kerja sama Dinas Sosial Kabupaten Kulon Progo dengan BBRSBG “Kartini”.
Keduanya menggarap program pemberdayaan bagi penyandang disabilitas mental retardasi. Survei keduanya mendapati Giripeni memenuhi syarat lantaran penyandangnya cukup banyak. KSM Giri Kasih hadir di awal 2018. Mereka mulai meningkatkan kemampuan pendamping, merekrut ketat puluhan disabilitas intelektual, dan memberi para penyandang itu pelatihan.
Selain dari Giripeni, penyandang direkrut dari Kulwaru dan Wates. Giri Kasih memilih membuat batik, membuat keset, dan manik2. “Karya yang mudah, simple tapi bernilai ekonomis tinggi. Ada banyak pilihan. Termasuk kayu. Namun dipilihlah batik karena sedang booming di Kulon Progo ini” kata Imam Subekti, pendamping Giri Kasih.
Mereka mulai produksi sejak April 2018. KSM mengawali pemasaran produksinya lewat medsos hingga pameran. Hasilnya lumayan. Utamanya batik ciprat yang memunculkan corak angka 8 menggambarkan makanan geblek sebagai kekhasan daerah. Corak angka 8 itu diperoleh dari cetakan bambu. “Ciprat khas dan unik karena corak geblek,” kata Murhardjani.
Warga Kulon Progo bangga dengan identitas ini. Batik corak geblek banyak peminatnya. Karenanya, kata Imam, mereka pernah menerima sekitar 60 potong kain batik ciprat untuk seragam kerja sebuah kantor. Sebuah sekolah PAUD juga pernah beli batik ciprat untuk seragam sekolah.
“Keset yang masih sedikit pembeli, karena proses membuatnya lama,” kata Imam. Perjalanan membatik, kata Priyanti sebagai Kades Giripeni, berdampak positif bagi penyandang disabilitas ini. Dulu diantar keluarga untuk latihan atau bekerja, atau diantar jemput pendamping KSM. Kini, penyandang cacat ini mulai berani berangkat sendiri. “Mereka makin mandiri” kata Priyanti.
Tantangan pemasaran
Memperbesar pasar bagi batik ciprat ini pekerjaan rumah. Pendamping Giri Kasih, Imam Subekti mengatakan, mereka belum menggenjot penjualan dan mengandalkan penawaran via medsos dan pameran2. Pasalnya, muncul keraguan menggenjot pemasaran akan kontraproduktif dengan kemampuan pembatik yang penyandang disabilitas intelektual ini.
“Kami takut menggencarkan promosi. Kalau dipaksakan, anak2 ngambek. Kami tidak mungkin bikin mengatasnamakan disabilitas” kata Imam. Giri Kasih bekerja sama dengan UMKM Griya Sejati dari Temanggung untuk mengembangkan pemasaran yang lebih tepat. Direktur Griya Sejati, Bambang Triyono mengungkapkan, pemberdayaan masyarakat desa menjadi jalan keluar.
Produksi batik ini tidak cuma menciprat, tetapi juga pewarnaan, memasak, hingga membungkus dan lain-lain. Hal2 seperti ini bisa melibatkan warga. Dan sebagai karya khas, batik ciprat, para penyandang disabilitas tetap terlibat sebagai pembatik utamanya. Cara ini diyakini menguntungkan Giri Kasih dan penyandang, dan memberi miltiplier efek bagi desa.
“Maka kita berdayakan semua yang ada di desa. Produksi bisa di rumah2 warga,” kata Bambang. Batik ciprat memiliki daya tarik kuat karena keunikan motif. Kini tinggal tata kelola produksi dengan memberdayakan masyarakat sehingga mampu menerima pesanan yang makin besar. Dengan demikian, Giri Kasih pun tak perlu khawatir memasarkan lebih gencar.
(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Cantiknya Batik Ciprat Karya Penyandang Disabilitas”, Penulis : Kontributor Yogyakarta, Dani Julius Zebua; Editor : Khairina; Bahan dari : https://regional.kompas.com/read/2018/11/26/21274021/cantiknya-batik-ciprat-karya-penyandang-disabilitas)-FatchurR *