(m.merdeka.com)-22/12 diperingati sebagai Hari Ibu di Indonesia. Hari ini diperingati sebagai wujud cinta dan pengorbanan ibu untuk buah hatinya. Ibu jadi sosok amat penting untuk anak2nya.
Ibu sosok kuat bagi anak2nya. Karena itu ibu jadi pahlawan untuk anak2nya. Ibu juga bersedia mengorbankan segalanya untuk anak2nya. Ini kisah inspirasi dan haru perjuangan ibu. Berikut ceritanya:
1-Menggendong anak untuk ikut UNBK
Kasih sayang ibu sepanjang masa benar adanya. Lihatlah kisah ibu yang rela menggendong anaknya (Desi Maharani), seorang siswi MTs Attaqwa, Sukabumi, Jabar. Waktu itu Desi sakit pasca menjalani operasi sehingga tidak mampu naik dan turun tangga menuju kelasnya.
Dengan kesabaran, sang ibu menapaki tangga dengan anak yang berada dalam gendongannya. Rasa lelah tidak dia hiraukan, hal ini dia lakukan agar anaknya tetap bisa mengikuti ujian.
2-Jadi juru Parkir
Sejak usia (21), Rumiati jadi juru parkir di Jl dr Angka, Kelurahan Sokanegara, Kec-Purwokerto Timur, Banyumas. Hidup menjanda, ia merawat putrinya seorang diri.
Separuh pendapatan dari parkir, rata2 Rp 30 r- Rp 50 ribu sehari, ia sisihkan ke glogok (kendi yang dimanfaatkan untuk celengan). Rumiati hidup berhemat, demi jaminan biaya pendidikan putrinya sanggup teratasi.
Hasil jadi juru parkir mampu ia gunakan membiayai sekolah putrinya. Ada rasa bangga, putrinya berhasil menuntaskan sekolah sampai tingkat S1 di salah satu perguruan tinggi di Semarang. “Kini anak saya jadi guru SD. Doa saya dikabulkan Tuhan. Beberapa bulan yang lalu anak saya menikah,” ujar Rumiati.
3-Buruh cuci yang kuliahkan anaknya ke Jepang
Meski sebagai buruh cuci, tak membuat Ibu Yuniati asal Yogya berkecil hati menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi. Ia pernah dicibir warga tentang niatnya menguliahkan anak. Namun, niat ikhlas menyekolahkan anaknya mendapat kemudahan dari Tuhan melalui program beasiswa.
Penghasilannya sebagai buruh cuci dapat mengantarkan anak2nya hingga ke jenjang S3 di Hokaido, Jepang. Sebelumnya, gelar S2 diraih sang anak dari UGM Mada dan S1 di Universitas Negeri Yogya.
“Mau masuk S1 Sakti nangis karena ada yang bilang, mbokne ae golek utangan anake mau kuliah (ibu cari utangan anaknya mau kuliah). Saya bilang, ngene le rezeki urip pati dudu weke, tapi punya Gusti Allah sing penting niat (begini nak, rezeki, hidup dan mati itu milik Allah yang penting niat)” ujarnya.
4-Jadi Tukang Tambal Ban-untuk biayai 7 anaknya
Emak Masitoh, asal Palembang ini rela jadi tukang tambal ban untuk membiayai 7 anaknya, 2 diantaranya masih sekolah. Ia bercerita tak mudah jadi tukang tambal ban, cibiran kerap kali ia terima.
Tapi semua itu tidak ia simpan dalam hati. “kita benar2 bekerja, demi membiayai anak,” kata Emak Masitoh. (mdk/has; Syifa Hanifah; Bahan dari : https://m.merdeka.com/peristiwa/peringati-hari-ibu-4-kisah-ini-penuh-inspirasi-dan-haru.html)-FatchurR *