(travel.kompas.com)-LABUAN BAJO, Daratan Flores, NTT menyimpan warisan2 budaya, salah satunya desa/kampung adat. Salah satunya kampung adat tertua ialah Kampung Adat Todo, di Kec-Satarmase, Manggarai, NTT.
Kampung adat ini terkenal : Bangunan dan budayanya unik, ada pusaka khas : gendang. Gendang itu terbuat dari kulit manusia. Kabar sebagai kampung adat tertua yang punya pusaka unik, membuat KompasTravel dan pemenang Pegipegi Yuk! Jelajahi Indonesia ke kampung itu (29/11/2018). Perjalanannya panjang, 4-5 jam dari Labuan Bajo, dengan medan perbukitan ber-kelok2.
Gandang itu punya cerita yang berarti bagi kerajaan2 Manggarai. Gendang itu (dibuat) dari kulit wanita cantik nan sakti, yang dulu diperebutkan 3 kerajaan,” tutur Titus Jegadut, Penanggung Jawab Pariwisata di Kampung Adat Todo, pada KompasTravel. Legenda kampung kelahirannya itu pada tiap wisatawan, sebelum mereka menelusuri ke dalam kampung adatnya.
Sepintas rumah adat kampung ini berwujud Wae Rebo, tapi kearifan lokalnya berbeda. “Dulu ada 3 kerajaan yang ingin berkuasa, ada Todo, Bima di Sumbawa, dan Kerajaan Goa di Sulawesi. Semua berebut daratan juga berebut putri cantik yang sakti,” tutur Titus. Sosok putri itu hidup di Manggarai. Kesaktian dan kecantikan membuat terdengar sampai ke telinga 3 raja yang berebut Manggarai.
“Perempuan ini keturunan India-Bima, yang kabur dari Bima karena bentrok antara adat India yang ingin membunuh anak perempuan (saat itu) dan adat Bima yang membolehkan anak perempuan” katanya. Ketiga kerajaan ini besaing tidak sehat memperebutkan tanah sekaligus putri cantik sakti ini. Para raja mengutus perwakilannya saling ketemu dan mengatur untuk persaingan yang sehat di Manggarai.
“Setelah mereka saling curiga dalam bersaing, dan sempat konflik. lalu berkomitmen menghentikan ini problem dengan satu fokus solusi, yaitu siapa yang bisa tangkap dan nikahi ini perempuan, dia yang berhak jadi Raja Manggarai”. Alhasil raja Todo yang tahu keberadaan wanita sakti itu dekat dengan kerajaannya, ia terjun mencarinya di kala masyarakat terlelap.
“Raja Todo berniat menyudahi persaingan konflik 3 kerajaan yang berebut wanita itu, alhasil dibunuhlah si wanita sakti tadi dengan cara tertentu. Sejak itu Todo memproklamirkan sebagai penguasa Manggarai dan pemersatu kerajaan2 di sana” ucap Titus. Menurut leluhurnya, setelah tersiar wanita yang diperebutkan itu mati di tangan Raja Todo, ketiga kerajaan itu sepakat tidak lagi konflik.
Peperangan yang diprediksi akan terjadi tidak terwujud, dengan hasil daratan Manggarai dikembalikan ke Raja Todo. “Mangkanya rumah-rumah niang di sini fungsinya seperti pusat pemerintahan, ada rumah urusan adat, rumah urusan keuangan, perhubungan, sampai keamanan atau perang,” pungkas Titus yang kala itu mengantar KompasTravel dan tim Pegipegi Yuk! Jelajahi Indonesiamu berkeliling. Sampai saat ini keturunan Todo, mengakui jika gendang itu jadi simbol persatuan masyarakat manggarai. Sayangnya KompasTravel belum bisa melihat keunikan gendang tersebut secara langsung.
(Artikel ini telah tayang di Kompas.com; dengan judul “Kisah Gendang Desa Adat Todo yang Terbuat dari Kulit Manusia”, Penulis : Muhammad Irzal Adiakurnia; Editor : Wahyu Adityo Prodjo; Bahan dari : https://travel.kompas.com/read/2018/12/04/110400927/kisah-gendang-desa-adat-todo-yang-terbuat-dari-kulit-manusia)-FatchurR *