Habis Jum’atan saya masak Tahu Gejrot, memanfaatkan sisa cairan gula asem di kulkas. Begitulah, bumbunya gula merah sedikit lagi, garam, tiga butir cabe rawit hijau yang tangkainya dibiarkan tidak dipotes, bawang putih plus tentu saja bawang merah cukup banyak.
Setelah semua bumbu di gerus setengah kasar,barulah disiram cairan gula asem. Terakhir, barulah tahu pong saya gunting kecil-kecil.
Selesai menyantap tahu gejrot, di atas cobek saya lihat sisa kuahnya kok masih banyak , menggenang, kemudian iseng saya bikin tahu tek-tek, toh Cuma beda bumbunya hanya bawang merah, tidak apalah. Kemudian saya tambahkan dua colekan besar petis Ny.Siok Sidoarjo.
Saat itu barulah saya ingat bahwa tahu tek-tek itu harus pakai kacang goreng. Waduh, malas saya menggoreng kacang, di kulkas saya masih lihat sisa sambel pecel beku. Tanpa pikir panjang, saya colek lagi sambel pecel dua sendok makan. Kedua bahan itu saya gerus bersama sama dengan sisa tahu gejrot. Barulah irisan tahu pong saya campurkan ke dalamnya.
Nah, tampaknya menggiurkan, makannyapun harus pakai nasi, agar rasa enak dan tidaknya bisa tetap menjadi enak (???). Istri saya lewat dan bertanya, “Masak apa pak?”, tanyanya penasaran.
“Tahu Tisceljrot”, jawab saya.
“Apa itu?”, lebih penasaran lagi.
“Kombinasi tahu petis, pecel dan tahu gejrot”, sahut saya, sambil menyodorkan sesendok ke mulutnya.
“Bagaimana rasanya?”, tanya saya.
“Kalau bisa protes, cacing di perut bapak itu sudah protes dari tadi …”, jawaban khas Mataramannya muncul , sambil ketawa. Saya tidak bisa menyangkal, mungkin istri saya benar. Saya kenyang, tidur dulu ya ……(FE 126)
(Sadhono Hadi; dari grup WA-VN)-FR