Saya lupa tahunnya, mungkin 2006 atau bisa juga tahun 2007, saya dihubungi sahabat2 untuk maju dalam pemilihan sebagai Ketua Umum P2Tel, ”sebagai ladang amal, Pak”, kata mereka membujuk. Sejak itu saya beberapa kali mengunjungi kantor P2Tel, yang waktu itu belum semegah sekarang.
Saya berbicara dengan senior saya pak Robani, Ketua P2Tel saat itu. Saya juga berbicara dengan pak Sunarto SA, Sekjen dan dengan senior mantan atasan saya pak Soenyoto dan mantan Ketua Korps Mahasiswa Akapostel yang saya hormati, pak Gatot Pidekso. Semuanya menerima ramah dan menjelaskan tentang organisasi dan tata cara pemilihan Ketum. Saya kemudian memutuskan ikut Pilkatum (Pemilihan Ketua Umum).
Arena Pilkatum mirip MPR jaman dulu. Kedaulatan pensiunan diwakilkan ke seorang pengurus cabang dan semua 3 pengurus pusat serta 3 anggauta Badan Pengawas, jadi ada sekitar 120 utusan yang hadir dalam Musyawarah itu yang memiliki hak suara. Kecuali senior2 seperti pak Desemsi, almarhum pak Soeroto dan yang beberapa senior lainnya, sebagian besar peserta, saya tidak mengenalnya.
Tapi yang mengherankan, banyak sekali yang merubung dan menyalami saya, mengguncang dan menepuk bahu saya dengan akrab. Mereka berjanji akan mendukung saya. Saya yakin pak Narto, pak Njoto, pak Gatot, diam-diam telah bekerja menjadi tim sukses saya.
Saya merasakan suasana yang arif dalam Munas bersama para sesepuh. Kumpulan para sepuh yang adem, pasrah dalam menata hati dan penuh rasa syukur. Mereka adalah kumpulan orang-orang yang dengan tulus mengorbankan waktu dan tenaganya untuk sesama pensiunan.
Pembicaraan banyak disekitar bagaimana memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para anggota. Kadar religius terasa sangat kental, yang pada saat itu belum pernah saya jumpai di komunitas manapun yang pernah saya ikuti. Dari daftar nama banyak sekali yang bergelar Haji atau Hajjah.
Namun dalam damainya kumpulan para sesepuh ini, sesungguhnya terpendam ketidak puasan akan ketidak adilan dalam masalah MP dan kekecewaan mereka tertumpah kepada BOD dan Dapen. Besar harapan mereka bahwa Ketua yang baru ini akan bisa memperbaiki nasib sebagian besar dari pensiunan.
Saya akhirnya memang terpilih menjadi Ketua Umum P2Tel namun saya gagal memperjuangkan nasib mereka. Ketika pada tahun 2011 saya melaporkan kegagalan saya pada sidang Munas, beberapa peserta merangkul saya dan berbisik ….. kita sudah cukup berjuang pak …… Munas yang akan datang bulan Pebruari 2019, mudah-mudahan Ketua yang terpilih mampu memenuhi harapan mereka.
(Sadhono Hadi; dari grup WA-VN)-FR
Komentar Sunarto SA: Nostalgia ya pak, waktu itu sebagai unsur wilayah, saya memikirkan bahwa bila suksesi kepengurusan peduatel dilakukan seperti “sistim waris” dimana ada putra mahkota maka organisasi ini akan ditinggalkan pensiunan. Itu sebabnya saya ber “manuver” mencari calon dari luar yang masih segar.
Alhamdulillah pertemuan lesehan kita di Pusdai membawa hasil. Dengan dukungan teman cabang telah sukses mengusung p Sadhono kepuncak pimpinan pensiunan. Terus terang, terang terus, beban berat melawan upaya kelompok calon lainnya. Untung saya bisa meyakinkan cabang sekalipun dapat hujatan karena tidak mendukung calon lain yang dianggap mewakili kaum korban ketidak adilan.
Itu sebabnya kami dan kita berrangkulan melepas ketegangan. Demikian pula saat p Dhon mengakui kegagalan, sepenuhnya kita maklum dan merasakan beratnya perjuangan nasib anggota. Yg penting kita sudah maksimal berupaya, namun Allah jua yg memutuskan. (SSA)