(cnnindonesia.com/teknologi)-JAKARTA, Perusahaan keamanan siber Kaspersky Lab mencatat tiga tren Serangan Siber di tahun 2019. Territory Channel Manager SEA Kaspersky Lab Indonesia Dony Koesmandarin mengatakan tren serangan siber yang marak, penyebaran malware berupa tautan melalui situs web dan email.
“Paling besar URL. Website media yang terbaik menyebarkan malware. Email juga bisa jadi alat penyebaran malware,” ujar Dony acara Media Meeting Kaspersky Lab di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, (7/2). Begitu banyak aplikasi yang butuh surel sebagai syarat pembuatan akun.
Situs web khususnya e-commerce juga berpotensi malware dengan makin banyaknya transaksi keuangan di situs web. Hal ini dipandang peretas sebagai celah keamanan untuk menyebarkan malware yang berpotensi menyerang orang2 yang tidak sadar dengan malware itu.
“Tren serangan siber ini menyebarkan malware melalui situs web dan email. Belanja saja online, lalu anak kecil main game saja perlu buat email untuk sign in” kata Dony.
Tren ke-2, serangan APT (Advanced Persistent Threat) akan berkurang di 2019. APT itu sebuah serangan siber dengan skala besar yang mengincar infrastruktur besar untuk mencuri data. Kendati demikian APT ini makan waktu lebih lama sehingga peretas mencari cara lain untuk menyerang siber. “Serangan APT itu tak selesai sehari. Sehingga penurunan APT ini trigger untuk buat malware dahsyat,” ujar Dony.
Tren ketiga, penyerangan siber lewat networking hardware dan IoT. Peretas memanfaatkan kerentanan keamanan di perangkat jaringan dan perangkat IoT untuk melakukan serangan. Pasalnya banyak orang yang belum peduli dengan keamanan siber di perangkat jaringan atau IoT. Perangkat jaringan ini bisa router dan repeater. Peretas menggunakan jaringan ini untuk menyerang server melalui serangan DDos.
Tren ke-4, serangan siber melalui medsos sebagai medium serangan. Teknik serangan ini adalah menyebarkan tautan berisi malware yang bisa mengoleksi data. Hal yang lumrah terjadi, pengguna medsos terbiasa mengklik tautan itu tanpa mewaspadai konten di dalamnya.
Tren ke-5, peretas memanfaatkan event-event besar untuk melancarkan serangan. Peretas pada 2019 akan menargetkan serangan siber yang berkaitan dengan event besar. Misalnya saja konser musik hingga perhelatan Pemilihan Presiden 2019.
Hal ini dilakukan untuk oleh peretas untuk meraih ketenaran karena berhasil membobol sistem keamanan siber event tersebut.
“Mereka ingin semua orang memperhatikan siapa dia. Mereka lebih suka incar event besar dan berusaha tembus, karena akan terlihat seberapa besar kerusakannya,” tutur Dony. (jnp/evn; Bahan dari : https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190208100713-192-367400/url-e-commerce-dan-surel-jadi-target-empuk-serangan-siber)-FatchurR *