P2Tel

Batik Warna Alam Penuh Filosofi(1/2)

(ekbis.sindonews.com)- Batik dengan pewarna alam diyakini memberi rasa percaya diri dan membuat pemakainya lebih “hidup”. Karena batik tak cuma seni, tapi juga mengandung filosofi. Ini jadi keyakinan Ferry Sugeng Santoso hingga bisa memasarkan produknya ke negara2 di bawah bendera “Alam Batik”.


Sejak 2009, ia besarkan Alam Batik dengan mendidik 15 pembatik, sebagian anak putus sekolah, di sekitar tinggalnya, Desa Gunting, Kec-Sukorejo, Kab-Pasuruan. Tahun itu pula ia terlibat Pusat Pelatihan Kewirausahaan Sampoerna (SETC). Sejak itu, kepercayaanya membangun Alam Batik makin tinggi.


Kini, Ferry jadi mentor pelatihan batik menggunakan pewarna alam. Berbagai penghargaan telah diraihnya. Terbaru, penghargaan Nayaka Pariwisata dari Kemenpar.

Awalnya tak tertarik batik

Keseharian Ferry dekat dengan batik. Ayah-ibunya pemilik usaha batik “Dinar Agung”. Saat itu, ia tak tertarik batik. Hingga 2006, Dinar Agung mendapat undangan dari Kemenperin untuk ikut pelatihan pewarnaan alam di Yogya. Ferry berangkat mewakili kedua orangtuanya.


“Saya disuruh berangkat. Mungkin sudah jalannya. Awalnya saya tidak mau. Oleh panitia, semua harus membatik, akhirnya mau tidak mau. Padahal, saya belum pernah membatik,” kata Ferry, saat dijumpai di sela pameran UKM bertajuk SETC Expo 2018, di Denpasar, Bali.

Ferry ikut pelatihan itu dengan baik, tentang batik dan pewarnaan alam. Dari sini ketertarikan dan kecintaannya pada batik tumbuh. Batik mengajarkan banyak hal. “Bagaimana hidup bermasyarakat, harmoni dengan lingkungan, menjalin kemesraan dengan Tuhan. Filosofinya saya dapat. Kita bisa belajar sinergi dengan masyarakat, alam. Batik mengajarkan sampai sejauh itu”

Membangun Alam Batik

Selepas ikut pelatihan di Yogya, dia terus berlatih membatik. Sejak 2009, ia jalankan bisnis dengan brand Alam Batik. Motif Alam Batik karynya memadukan hal berkaitan dengan spiritual serta mendalami makna dari tiap motif yang ada.


“Filosofi yang bisa mengubah orang yang mengenakannya. Contoh motif kawung. Motif kawung diciptakan untuk raja agar dia jadi pemimpin yang benar, bukan bijak. Bijak belum tentu benar. Kalau benar, pasti bijak. Akhirnya saya buat motif demikian,” ujar pria kelahiran 13/4/1980 ini.


Motif pertama yang dibuatnya “tali sukma”, proses pengerjaannya setahun. Motif ini sempat diminati  pecinta batik, tetapi Ferry tak melepasnya. Alasannya, batik itu dibuat khusus sehingga bersifat  personal dan belum tentu sesuai untuk orang lain.


Untuk pesanan khusus seperti ini, Ferry membuatnya lama untuk menyelami karakter pemesan agar batik yang dihasilkan membawa energi positif bagi pemiliknya. Hal ini yang ditekankan Ferry ke 15 orang pembatik yang dididiknya. Selain untuk fashion dan seni, batik juga memiliki filosofi.



Dengan konsistensi pilihan pewarna alam, Ferry mengatakan, produk yang dihasilkan lebih memiliki nilai jual berkualitas yang jauh lebih baik. “Batik dengan pewarna alam tidak hanya pewarnanya, tetapi juga bahan pendukungnya pun menggunakan bahan alam, pengikatnya bahan alam,” kata dia.


Ia contohkan, untuk mendapatkan warna kuning, yang digunakan kayu tegeran. Jika menginginkan warna kuning muda, dalam pengikatannya menggunakan batu tawas yang mengandung aluminium. Warna kuning lebih tua, diikat pakai batu kapur karena mengandung tembaga dan kalsium.

Warna gelap seperti hitam dan abu2, untuk mengikatnya berbahan yang mengandung besi.
Pengetahuan soal ini didapatkannya saat ikut pelatihan di Yogyakarta dan dipelajarinya secara otodidak. (akn; Bahan dari : SindoNews dan https://ekbis.sindonews.com/read/1384201/34/batik-warna-alam-penuh-filosofi-1551787386)-FatchurR * Bersambung………

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version