P2Tel

StartUp Agritech pangkas Rantai pasok Produk Petani

(teknologi.bisnis.com)-JAKARTA; Kolaborasi startup dan BUMDes memangkas rantai distribusi produk pertanian dan perkebunan produk desa, sekaligus membuat petani meraih pendapatan lebih tinggi.

 

Dirjen Pembangunan Daerah Tertinggal, Kemendes dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) Samsul Wibowo  menghimbau pelaku perusahaan rintisan memperbanyak kerja sama dengan BUMDes. Teknologi melalui platform dagang-el dan warung kios yang didirikan perusahaan teknologi dapat membuka akses pemasaran baru bagi produk pertanian.

 

“Kami harap startup memanfaatkan BUMDes. Bisnis modelnya bisa dibangun. Ada desa2 yang punya komoditas pertanian yang sama seperti alpukat, manggis, daripada pisah2 lebih baik disatukan dan diakomodir, pasti berskala ekonomi yang besar” ujarnya saat konferensi pers akuisisi Limakilo oleh Warungpintar (27/02).

 

Pihaknya mempelajari secara intensif potensi pemasaran lewat platform dagang-el sejak-2018. Saat ini, dia sebut telah ada kerja-sama dengan perusahaan2 rintisan, di bidang dagang-el dan teknologi pertanian, di antaranya Blanja.com, RegoPantes, dan Sayurbox.

 

Pada 2018 sekitar 61% desa memiliki BUMDes, dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 1,07 juta orang. Omzet Bumdes mencapai Rp1,16 triliun, ber laba bersih Rp121 miliar/tahun.  Jumlah BUMDes  meningkat tiap tahunnya. Sebagai gambaran, 39.149 BUMDes (2017), meningkat jadi 45.549 (2018).

 

Dia mengapresiasi proses akuisisi oleh WarungPintar, perusahaan rintisan teknologi mikro-ritel resmi terhadap Limakilo, platform yang menyederhanakan rantai pasokan makanan dengan menghubungkan petani ke toko kelontong dan penjual sayur. “Kami harap Limakilo dan Warung Pintar mengutamakan penetrasi warungnya dan jadi showcase untuk produk2 BUMDes,” ujarnya.

 

Co-Founder dan CEO Warung Pintar Agung Bezharie Hadinegoro menjeaskan, akuisisi ini ribuan mitra Warung Pintar di Jakarta,  Depok, Tangerang dan Banyuwangi mendapat akses untuk menjual komoditas bahan makanan pokok di warung berbasis digital mereka.

 

Permintaan bahan makanan pokok yang tinggi diyakini meningkatkan pendapatan pemilik warung.  Di lain sisi,  petani memiliki harga jual lebih baik dan akses lebih luas, seiring bertambahnya Warung Pintar.

 

” Visi kami bersilangan. Kalau partnership, bisa yang satu visinya ke kanan yg satu ke kiri. Kami bersinergi melalui akuisisi “.  Warung Pintar dan Limakilo bervisi sama,  yaitu meningkatkan kapabilitas UKM dan merevolusi UKM berteknologi.   Limakilo menyerap pasokan makanan pokok dengan harga terbaik,  Warung Pintar menjangkau konsumen dengan menyediakan produk lengkap dalam penjualan.

 

“Jadi kami harap meningkatkan kesejahteraan petani dan pemilik warung kami ” ungkapnya. Berdiri November 2017, Warung Pintar berfokus digitalisasi sistem warung konvensional, dan memungkinkan pemantauan terhadap penjualan dan kinerja warung melalui aplikasi, memasang iklan di warung untuk meningkatkan pendapatan,  dan menerima pembayaran non tunai.

 

Ekspansi Warung Pintar kian gencar setelah dapat pendanaan Series B senilai US$27,5 juta atau Rp390 miliar.  Ini kerjasama dari investor terdahulu mereka yakni SMDV, 1 Vertex, Pavilion Capital, Line Ventures, Digital Garage, Agaeti, Triputra, Jerry Ng dan EV Growth. Turut investor baru, yakni OVO.

 

Sejauh ini,  Warung Pintar mengoperasikan lebih dari 1.200 warung di Jakarta,  Tangerang,  Depok dan Banyuwangi. Pada tahun ini,  perusahaan berencana membuka hingga total 5.000 warung baru di Jawa.  Co-Founder dan CEO Limakilo Walaesa Danto Menyatakan,  pihaknya berharap dapat meningkatkan pasokan beras dari perusahaan bumi desa jadi 100 ton (2019), naik 48 ton dari 2018.

 

“Warung tradisional jadi bagian penting dan tradisi ekonomi. Kami berharap dapat meningkatkan kebiasaan masyarakat untuk berbelanja di warung tradisional, ” ujarnya.  (Deandra Syarizka; Editor ; Demis Rizky Gosta;  Bahan dari : https://teknologi.bisnis.com/read/20190228/266/894411/startup-agritech-pangkas-rantai-pasok-produk-petani)-FatchurR *

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version