Salah satu obyek Wisata di Sekitar Semarang adalah menariknya Masjid Agung Demak. Rombongan PP P2tel yang hadir di acara Senam Wisata Nasional-2019, juga memanfaatkan sisa waktunya untuk menikmati wisata reliji bersejarah tersebut pada tanggal 28/4/19. Berikut dari suatu sumber, monggo :
(merahputih.com)- DALAM penyebaran Islam di Jawa, tak lepas dari peran penting keberadaan Masjid Agung Demak. Masjid yang didirikan Raden Patah sekira 1401 Saka (1479 M) ini, jadi basis kumpulnya Wali Songo ketika mendakwahkan agama Nabi Muhammad saw di tanah Jawa.
Arsitektural, bangunan Masjid Agung Demak berciri khas yang tidak dimiliki masjid lain. Setidaknya, ada empat fakta menarik yang berhasil dirangkum merahputih.com. Berikut ulasannya.
Atap Bercorak Bambu
Wujud akulturasi budaya dengan agama Hindu (agama mayoritas Jawa saat itu), R. Patah membuat atap berundak tiga, berbentuk segitiga sama kaki seperti pura umat Hindu. Hal itu menunjukkan dalam penyebaran agama Islam masa Wali Songo adaptif pada budaya lokal yang dipegang teguh masyarakat.
Dari cerita yang ada, salah satu dari tiga undakan dipercaya terbuat dari intip (kerak nasi liwet). Cerita itu diamini turun-temurun, pada masa pembangunan atap masjid kekurangan bahan sirap (atap). Konon Sang Sunan Kalijaga melemparkan intip ke atas masjid sembil mengucapkan kun fa yakun jadilah atap.
Saka Tatal
Masjid Agung Demak memiliki empat saka (tiang) utama. Tiang2 itu tingginya 16 meter. Legenda yang beredar di masyarakat dan cerita-cerita rakyat, keempat tiang tersebut dibuat oleh empat wali, tak lain Sunan Ampel, Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, dan Sunan Kalijaga.
Uniknya tiang yang terbuat dari tatal atau serpihan2 kayu sisa yang diikat. Saka tatal itu dipercaya buatan Sunan Kalijaga. Meski tidak terbuat dari kayu utuh, kekuatan saka tatal sama dengan tiang2 lain.
Pintu Bledeg
Pintu bledeg atau petir merupakan pintu utama Masjid Agung Demak, yang digunakan sebagai antipetir. Pintu tersebut dibuat oleh Ki Ageng Selo sekitar 1446 Masehi. Berdasakan Babad Tanah Jawi karya WL Olthof, Ki Ageng Selo adalah orang sakti yang mampu menangkap petir.
Pintu bledeg terbuat dari kayu jati dipenuhi ukiran tebal. Ukiran paling menonjol adanya dua kepala naga. Ukiran2 itu dipercantik dengan warna cat merah. Dalam khazanah kultur Jawa, gambar di pintu itu prasasti Condro Sengkolo (penanda waktu) yang berbunyi “Nogo Mulat Saliro Wani”.
Kolam Wudhu
Kolam wudhu, bagian Masjid Agung Demak di samping depan masjid. Kolam yang dibangun mengiringi awal berdirinya masjid itu difungsikan sebagai tempat wudhu. Kolam tersebut memiliki ukuran 10×25 meter dengan kedalaman lima meternya, dan terdapat tiga batu dengan ukuran yang berbeda.
Batu berwarna hitam yang lebih besar itu berdiri tegak, sementara dua batu hitam tergeletak bersamaan dengan batu hias lainnya yang ukurannya lebih kecil. Kolam yang tak lagi difungsikan ini, konon adalah tempat berwudhu para Wali Songo.
Meski demikian, tidak semua bagian menarik dari Masjid Agung Demak dapat kita jumpai langsung. Sebab, kini telah ada yang dimuseumkan pihak masjid, seperti pintu bledeg. (Noer Ardiansjah; Bahan dari : https://merahputih.com/post/read/empat-fakta-menarik-tentang-masjid-agung-demak)-FatchurR *