(bbc.com/indonesia)-Pada pencoblosan pada 17/4/19, lembaga kajian Australia, Lowy Institute, menyebut Pemilu-2019 ini terumit dan paling menakjubkan di dunia karena skalanya besar dan dilaksanakan dalam satu hari saja.
Jumlah pemilih 193 juta pada pemilu ini terbesar di dunia dalam hal memilih presiden langsung. Jumlah ini bertambah 2,4 juta orang dari pemilu 2014. Pemilu dilaksanakan di 809.500 tempat pemungutan suara (TPS), dan setiap TPS melayani 200-300 orang pada saat hari pencoblosan. Pada pemilu-2014, jumlah TPS 500.000 dan setiap TPS melayani sekitar 400 pemilih.
Total calon anggota legislatif yang bersaing 245.000 orang memperebutkan 20.500 kursi yang ada di 34 provinsi dan 500 kabupaten kota. Pada hari yang sama, pemilu ini menjalankan lima pemilihan bersamaan yaitu : Pilpres, DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD kabupaten/kota.
Maka saat pemilu, pemilih mendapat 5 surat suara berbeda dengan warna berbeda. Pemilu legislatif, 575 orang anggota legislatif dipilih dari 16 partai peserta pemilu. Sebanyak 40% pemilih usia 17-35 tahun, dan ini jadi rebutan kontestan pemilu, atau 80 juta orang.
Perbandingan dengan India
Pada April 2019 India menyelenggarakan pemilu. Jumlah pemilih dan kompleksitas, mungkin pemilu di India paling menakjubkan di dunia. Birokrasi di India dan Indonesia sama lemah dalam berkoordinasi, tetapi dalam hal pemilu, lembaga penyelenggara pemilu di kedua negara dikenal efisien dan andal dalam menyelenggarakan pesta demokrasi yang rumit ini.
Pemilu di India lebih besar dalam skala karena jumlah pemilih di sana 930 juta. Pemilu mereka dilaksanakan 6 pekan dari 11/4 hingga 19/5/2019, dan dilaksanakan bergiliran di negara2 bagian. Total partai politik lokal dan nasional yang ikut pemilu India 450 partai, di Indonesia hanya 16 partai dan seluruh partai politik bersifat nasional.
Pemilu di India menghabiskan US$6,5 milyar atau Rp92 triliun, pemilu di Indonesia Rp24,8 triliun. Pemilu kita dilaksanakan petugas KPU, termasuk petugas lokal, dengan jumlah 6 juta orang. Bandingkan dengan India yang mengerahkan 10 juta orang untuk pemilu mereka.
Jumlah TPS di Indonesia 809.500 ini melayani 200-300 orang, di India dengan jumlah TPS satu juta, jumlah orang yang dilayani mencapai 650. Efisiensi di TPS inilah yang menjadi kunci keberhasilan penyelenggaraan pemilu di kedua negara.
Manual
Yang dipandang unik oleh Lowy Institute, penggunaan paku secara manual mencoblos atau membuat lubang pada kertas suara. Di berbagai negara, pemilu menggunakan perangkat elektronik atau e-voting, atau setidaknya dengan alat tulis seperti pulpen.
Penghitungan juga dilakukan secara manual.
Pelaksanaan pencoblosan dan penghitungan manual ini menurut pengajar jurusan ilmu politik dari UI Sri Budhi Eko Wardhani membuat pemilu di Indonesia termasuk unik dan paling kompleks di dunia.
Penghitungan manual berjenjang itu membuat hasil penghitungan atau rekapitulasi berlangsung lama. “Mungkin Indonesia satu2nya negara di dunia yang hasil penghitungan suaranya baru diketahui 30 hari sesudahnya,” kata Dhani.
Pemungutan suara mulai pukul 07.00 pagi dan harus selesai pukul 13.00 siang. Sesudah itu dilakukan rekapitulasi berjenjang, mulai dari TPS, mengikuti jalur administrasi pemerintahan, hingga mencapai ke KPU RI.
Rekapitulasi ini makan waktu waktu dari 18/4 hingga 22/5/2019.
Tadinya penghitungan suara atau rekapitulasi ini harus selesai satu hari, tapi sesuai putusan Mahakamah Konstitusi, penghitungan waktu untuk ini bisa ditambah menjadi satu hari plus 12 jam.
Pemilu ini jadi tantangan bagi penyelenggara di tingkat bawah karena pertama kalinya mereka harus menangani lima kertas suara sekaligus. (Bahan dari : https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-47879833)-FatchurR *