P2Tel

Doa Senjata Orang beriman

(muslim.okezone.com)-PADA dasarnya Allah maha mengetahui keinginan manusia. Tetapi Allah mencintai hamba yang bermunajat. Di balik mengangkat kedua tangan ada keangkuhan yang runtuh di dalam hati, dan menumbuhkan segenap kesadaran kelemahan diri, menggantungkan segala sesuatu hanya kepada-Nya.

 

Sebab itulah doa, senjata orang yang beriman. Terlepas dari sebab-musabab doa tertolak, selain itu Allah akan mengabulkan setiap doa hamba-Nya. Seperti yang terkandung dalam Qs. Ghafir ayat 60: “Ud’uni astajib lakum,” artinya, berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.

 

Ada cara2 Allah mengabulkan doa hambaNya, yaitu melalui tiga hal; pertama doa yang langsung terkabul, kedua terkabul dengan tertunda, dan ketiga diganti dengan yang lebih baik. Seperti yang terkandung dalam Kitab Al-Hikam karya Syekh Ibnu Atha’illah.

 

“Terlambat pemberian (Allah), mesti dimohonkan ber-ulang2, jangan membuat patah harapan. Karena Dia telah menjamin mengabulkan permintaan sesuai dengan yang Dia pilihkan untukmu, bukan menurut keinginan engkau. Juga dalam waktu yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang kau inginkan.” (Kitab Al-Hikam, nomor 6).

 

Meski Allah menetapkan ketentuan mengenai doa, namun tidak sedikit orang mengeluhkan perihal tertundanya pengabulan doa. Keimanannya ternoda karena ketidaksabaran (ter-gesa2) dan kekerdilan pikiran. Suri Tauladan—Nabi SAW-telah memperingatkan untuk tidak terburu-buru dalam berdoa.

 

“Rasulullah SAW, bersabda: “Akan dikabulkan (doa) kalian selama tidak ter-gesa2. Dia mengatakan, saya telah berdoa, namun belum dikabulkan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dari Abu Hurairah r.a, Nabi SAW bersabda: “Doa para hamba senantiasa dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturrahim, selama dia tidak terburu-buru.”

 

Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud buru2 dalam berdoa?” Beliau bersabda, “Orang yang berdoa ini berkata: “Saya telah berdoa, saya telah berdoa, dan belum pernah dikabulkan.” Akhirnya dia putus asa dan meninggalkan doa.” (HR. Muslim dan Abu Daud)

 

Sifat tergesa tercipta karena merasa waktu begitu lama berjalan sampai pada doa itu didatangkan. Ini disebabkan manusia dalam lingkaran keinginannya. Membuat ia tersiksa dengan keadaannya. Padahal bagi Allah, itu amatlah sebentar. QS. Al-Ma’arij ayat 6: “Mereka memandang siksaan itu jauh.” QS. Al-Ma’arij ayat 7: “Sungguh Kami memandangnya dekat.”

 

Yang ounya persepsi keinginan yang dimunajatkan dalam doanya itu hal terbaik bagi dirinya untuk Allah wujudkan, bisa jadi itu keliru. Kadang persepsi manusia terhalang atau ada pembatas. Karena asumsi manusia terlahir dari yang masuk melalui panca indera lalu jadi pengetahuan mengendap di pemikiran, sehingga asumsi2 terbaiknya berlandaskan persepsi semata. Allah maha mengetahui meliputi segalanya.

 

Maka sepantasnya menyerahkan segalanya kepada Allah. Biarkan Allah menentukan yang terbaik untuk hamba-Nya. Dengan demikian doa itu bentuk penghambaan seutuhnya seorang hamba atas ketidak berdayaan pada suatu perkara, dan meruntuhkan keangkuhan di dalam hati, untuk menggantungkan segala sesuatu hanya kepada Allah. –Wallahu alam.

 

(Penulis : Rachmat Tullah; Corp Dai Dompet Dhuafa; Ful;  Bahan dari :  https://muslim.okezone.com/read/2019/05/17/330/2057100/doa-senjata-orang-beriman)-FatchurR *

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version