(koran-jakarta.com)-JAKARTA – Kondisi lingkungan hidup makin mengkhawatirkan, mulai eksplorasi sumber daya alam, pertambangan yang tidak diimbangi pelestarian lingkungan sekitar, sampai pada alih fungsi kawasan agraris dan perubahan kawasan perbukitan menjadi kawasan hunian.
Pemerhati komunikasi lingkungan dari Unpad, Ade Kadarisman, mengatakan kolaborasi semua pihak perlu untuk mengatasi kompleksitas permasalahan bumi. “Menyelamatkan bumi perluk kesadaran dan kepedulian semua pihak karena dampak kerusakan lingkungan berisiko jangka panjang” ujarnya untuk memperingati Hari Bumi, di Jakarta (22/4).
Hari Bumi tahun ini bertema Protect Our Species. Bukan saja soal rusaknya ekosistem, punahnya spesies dan kehidupan terganggu, juga dalam jangka panjang merugikan keberlangsungan kehidupan generasi berikutnya, Kini ruang terbuka hijau dan serapan air hujan berkurang sehingga mengakibatkan banjir dan longsor di mana2.
Masyarakat juga menghadapi persoalan kebutuhan energi yang makin terbatas, serta ketersedian air bersih. “Komunikasi antar pemangku kepentingan jadi faktor kunci. Dalam proses penyusunan kebijakan diharapkan dapat mengurangi egosektoral, dan mengedepankan aspek kerja sama dan solusi,” ujarnya.
Penggugah semangat
Beberapa aktivis lingkungan berharap film Sexy Killers yang populer dalam sepekan terakhir bisa jadi penggugah semangat bagi Indonesia untuk ikut serta menyelamatkan alam.
Aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta, Dede Ahdi, berharap popularitas film berdurasi 1,5 jam yang menggambarkan dampak penambangan batu bara di Indonesia itu bisa mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam memanfaatkan energi.
“Dengan populernya film ini, kami aktivis lingkungan berharap bisa mengubah arah kebijakan presiden terpilih dalam memanfaatkan energi yang lebih pro-lingkungan dan masyarakat,” kata Dede di selasela aksi memperingati Hari Bumi, di Jakarta.
Film karya Dandhy Dwi Laksono menceritakan dampak kegiatan industri penambangan batu bara di Kalimantan, Sulawesi, Bali, Jawa, dan Kep-Karimunjawa pada lingkungan dan masyarakat sekitar itu juga diharapkan menyegarkan kembali ingatan masyarakat mengenai masalah eksploitasi batu bara.
Di tempat sama, aktivis lingkungan pendiri gerakan penyelamatan ikan hiu Save Sharks., Riyanni Djangkaru, berharap efek film yang disaksikan 18 juta kali di You- Tube setelah sepekan dirilis itu seperti bola salju di kalangan masyarakat, mendorong makin banyak orang menggali info dan fakta mengenai dampak eksploatasi tambang pada lingkungan dan warga.
“Indonesia masuk sepuluh negara penghasil batu bara terbesar di dunia, tapi saya heran fakta di balik eksploitasi batu bara tampak timbul tenggelam di media, terutama pada generasi baru,” kata Riyanni.
Dari luar negeri dilaporkan miliarder Swiss : Hansjoerg Wyss berkomitmen menyumbang uang1 miliar dollar AS membantu melindungi bumi dari kehancuran hingga 2030. Uang itu setara dengan 14 triliun rupiah dengan mengacu kurs 14.000 rupiah per dollar AS. Ilmuwan2 mengatakan mayoritas spesies liar akan punah jika manusia tidak mengonservasi setidaknya 50% bumi.
Hanya 15% dari tanah di bumi dan 7% dari seluruh lautan yang dapat terlindungi alami. Wyss sebelumnya menyumbangkan 450 juta dollar AS untuk melindungi spesies liar di sekitar 40 juta hektare di seluruh dunia, meliputi Afrika, Amerika Selatan, Amerika Utara, dan Eropa. (ang/Ant/P-4; Bahan dari : http://www.koran-jakarta.com/perlu-kesadaran-bersama-untuk-selamatkan-bumi/)-FatchurR *