(batamnews.co.id)-LINGGA; Tradisi malam 7 Likur (27 Ramadan) di Bunda Tanah Melayu, Daik Lingga, Kepulauan Riau, sudah tidak bisa dipisahkan. Bagai pemeran seni rupa disudut dan ruas2 jalan, ornamen gerbang serupa masjid, liuk ukir dan kaligrafi dibalut cahaya lampu teplok dan beragam kreasi dan warna-warni.
Indah, megah dan selalu jadi kerinduan tersendiri merayaakan malam-malam 10 terakhir Ramadan di Daik, Negeri Bunda Tanah Melayu. Salah seorang warga Daik yang cukup lama tinggal diperantauan, Hairil Ansar merasa terharu karena masih bisa menyaksikan kebersamaan orang-orang melayu di Daik, menghias malam-malam terakhir Ramadan.
“Suasana 7 likur ini memang memberi kesan tersendiri. Seperti kembali kemasa-masa dulu, bermain kembang api di rumah. Bertemu banyak orang juga saudara-mara,” kata dia kepada batamnews.co.id, Jumat (31/5/2019) malam.
Dia menjelaskan, suasana 7 likur saat ini masih ia temukan dengan rasa yang sama. Kerabat, tetangga dan persaudaraan dengan suasana di kampung Daik yang ramah, sekaligus pusat ibukota Kabupaten Lingga ini tak jauh berbeda.
“Momen ini juga yang ingin kita beri tahu kepada anak2 begitu istimewanya bulan puasa dan hari raya di Daik. Sambil mudik, mengenalkan tradisi kepada anak-anak kita yang besar dikampung orang,” katanya.
Pantauan dilapangan, peringatan malam 7 likur di Daik Lingga begitu meriah. Warga tumpah ruah di jalan. Baik menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat bersiar mengelilingi kota Daik, menyaksikan hasil kreasi warga membangun pintu gerbang dan jalan-jalan yang dihiasi lampu teplok. (ruz; Bahan dari : https://www.batamnews.co.id/berita-48832-indahnya-pintu-gerbang-hias-semarakkan-malam-7-likur-di-lingga.html)-FatchurR *