Islam

Menghitung-Amal Diri

(m.republika.co.id; Oleh: ASM Romli)-Umar bin Khattab pernah mengucapkan kata2 terkenal: “Haasibu anfusakum qabla antuhasabu” (Hisablah dirimu [amalmu] sebelum kelak kau dihisab Allah SWT)

 

Imam Hasan Al Bashri berkata: “Seorang Mukmin itu orang yang mampu mengusai dan bermuhasabah terhadap dirinya”. Allah juga menyuruh kita bergegas untuk mendapat ampunan-Nya dan syurga-Nya yang seluas langit dan bumi, diperuntukkan-Nya bagi orang2 yang bertakwa (QS Ali Imran:133).

 

Kehidupan dunia itu cobaan/ujian dari Allah. Dalam Alquran disebutkan, kehidupan dunia ini untuk menguji manusia, siapa yang paling baik amalnya (QS al-Kahfi: 7). Juga dinyatakan, kehidupan dunia ini permainan, senda gurau, perhiasan, dan (ajang) adu kemegahan manusia (QS al-Hadid: 20).

 

Dalam menjalani kehidupan di dunia ini kita bergelut dan berpacu dengan waktu. Bagi seorang Muslim, waktu penting artinya. Bahkan dalam QS Al ‘Ashr: 1-3, Allah bersumpah dengan waktu.

 

Hal itu menunjukkan, kita harus gunakan waktu hidup ini untuk beriman dan beramal saleh. Terlebih, dalam ayat itu dinyatakan, semua manusia akan merugi kecuali mereka yang beriman dan beramal saleh, serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.

 

Kita pantas merenungi diri: apakah waktu2 kita yang telah berlalu-dan tidak mungkin akan kembali itu, kita isi dengan amal perbuatan yang baik dan tidak melanggar hukum Allah?

 

Apakah waktu2 kita diisi dengan hal2 yang melanggar perintah Allah, atau mengabaikan dan melupakan perintah dan larangan-Nya? Apakah waktu2 yang kita lalui telah kita isi dengan amal saleh, atau dengan kesia-siaan bahkan kemaksiatan? Na’udzubillah.

 

Rasul SAW bersabda: “Siapa yang hari ini (amalnya) lebih baik dari kemarin berarti ia termasuk orang beruntung; dan siapa yang hari ini sama dengan kemarin maka ia termasuk rugi; dan siapa yang hari ini lebih buruk amalannya ketimbang kemarin berarti ia terlaknat”.

 

Kalau amal kita di masa lalu buruk atau penuh noda-dosa, jalan satu2nya adalah bertobat; mohon ampun kepadaNya, menyesali, dan bertekad tidak akan mengulanginya lagi. Jika masa lalu kelam, bukan alasan menjadikan kita pesimis/putus asa. Karena Allah menegaskan ”Katakanlah, Wahai hamba2-Ku yang melewati batas, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Karena Allah mengampuni semua dosa (QS az-Zumar:53). Wallahu a’lam bish-shawab.

 

(Red : Hasanul Rizqa;  Bahan dari : Pusat Data Republika dan https://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/ptj28z458/menghitung-amal-diri-sendiri)-FatchurR *

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close