(republika.co.id; Oleh: Andi Rahman)- Tahun keenam Hijriyah, Abu Sufyan berniaga ke Syam. Di sana ia dapat undangan khusus dari Kaisar Heraclius untuk berdiskusi seputar sifat Muhammad SAW serta ajaran yang didakwahkannya.
Abu Sufyan yang belum memeluk Islam dan tidak menyukai Islam dan kaum Muslimin, menjelaskan sifat dan akhlak mulia Rasulullah SAW. Beliau sosok manusia yang jujur tanpa pernah sekalipun berdusta.
Muhammad SAW mengajak manusia mengesakan Tuhan dan berbudi pekerti luhur. ”Demi Allah, jika bukan karena aku khawatir orang2 akan menjuluki diriku sebagai seorang pendusta, niscaya aku akan berdusta tentang Muhammad.” (HR Al-Bukhari).
Rasul SAW terkenal sebagai orang jujur dan berakhlak mulia. Sejak kecil beliau menyandang julukan al-Amin yang artinya tepercaya. Abu Jahal yang hidupnya memusuhi Islam dan kaum Muslim sempat mau membunuh Rasul SAW mengatakan, ”Kami tidak mendustakanmu, wahai Muhammad (karena kami tahu engkau orang yang jujur). Kami hanya mendustakan agama yang engkau dakwahkan.”
Allah SWT berfirman, ”Kami tahu apa yang mereka katakan itu membuatmu sedih. (Namun ketahuilah) mereka tidak mendustakanmu, tapi orang2 zalim itu mendustakan ayat2 Allah.” (QS Al-An’am [6]: 33).
Suatu hari sahabat bertanya pada Rasul SAW. ”Apakah seorang Mukmin akan berdusta?” Rasul SAW menyatakan tidak. Kemudian beliau membaca ayat 105 Surat An-Nahl (16). ”Orang2 yang mengada-adakan kedustaan itu orang tidak beriman kepada ayat2 Allah. Dan mereka itu orang-orang pendusta.”
Dapat disimpulkan orang yang beriman, meyakini eksistensi Allah SWT dan pengetahuan-Nya atas semua amal perbuatan manusia. Seseorang yang berdusta menganggap bahwa Allah SWT tidak ada, atau Allah SWT ada tetapi tidak mengetahui kedustaan yang dilakukannya.
Sebab, salah satu tanda kemunafikan adalah kedustaan. ”Dia adalah munafik walaupun dia melakukan shalat dan berpuasa, serta menyangka bahwa dirinya beriman.” (HR Muslim).
Dalam kesempatan lain, Rasul SAW bersabda, ”Sesungguhnya kejujuran akan membawa kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkan orang ke surga. Tidaklah seseorang selalu berkata jujur atau berusaha untuk selalu jujur, sehingga Allah mencatatnya sebagai orang jujur”.
“Sebaliknya, kedustaan membawa kedurhakaan, dan kedurhakaan menjerumuskan orang ke neraka. Tidaklah seseorang selalu berdusta atau berusaha menutupi kedustaannya dengan kedustaan yang lain, kecuali Allah akan mencatatnya sebagai pendusta.” (HR. Muttafaq ‘Alaih dari Ibn Mas’ud).
(Hasanul Rizqa; Bahan dari : https://www.republika.co.id/berita/pu1yg3458/muara-kejujuran)-FatchurR *