(entrepreneur.bisnis.com)-JAKARTA; Cerialah saat Anda tertekan. Bisakah? Anda pernah melakukannya? Hasilnya? Ini persoalan mendasar di dunia kerja, dunia kantoran, dunia yang digeluti para profesional. Pertanyaannya, kenapa harus ceria? Sabar, Anda pasti bisa.
Tanpa disadari mungkin Anda pernah menonton pertandingan tenis dunia antara Rafael Nadal – Novak Djokovic. Namun karena ada keperluan sebentar, Anda meninggalkan layar kaca. Namun, dapatkah kita menceritakan siapa yang unggul/menang? Pemain yang tertunduk lesu atau meringis setelah melakukan pukulan jelek bersiap untuk kalah.
Sebaliknya, pemain akan menang bergerak tenang pada pukulan berikutnya. Fokus pukulan terbaiknya dan melupakan kesalahan2. Di dunia kerja juga begitu. Saat kita salah dalam pekerjaan, penting tidak memfokuskan diri pada kesalahan itu. Fokuslah pada penyaluran energi agar dapat bangkit kembali.
Hal ini membuat diri kita tetap pada jalur kemenangan tapi juga berpengaruh pada orang lain. Kenapa? Karena di lingkungan tekanan tinggi, emosi mudah menular. Ketahuilah, sikap penuh semangat, yang tak berlebihan, dapat menjadi kekuatan utama, karena energi positif berdampak pada orang lain. Alhasil mereka ingin mengikuti atau semangat juga darinya.
Jika kita bisa berbuat demikian, rekan2 sejawat di kantor segera melupakan kesalahan Anda, dan akan memperoleh kesan Anda juara, dan orang2 yang bekerjasama dengan Anda adalah tim juara. Pernah berada dalam kondisi demikian?
Ini jurus rahasia direkomendasikan Karen Otazo, trainer papan atas eksekutif global dan konsultan korporasi multinasional dunia. Ini ditulis di bukunya yang terkenal “Kebenaran Tentang Mengelola Karier Anda”. Bukan berarti kita tidak memberi perhatian pada kesalahan. Yang dilakukan memahami apa yang terjadi dan belajar darinya dengan cepat.
Pembelajaran ini penting. Atau, alih2 belajar dari kesalahan/masalah, Anda malah ‘menghargainya’. Hal ini berarti memikirkan semua sisi dan mempertimbangkan faktor2 terkait untuk mengevaluasinya. Agar kita tidak mengulangi kesalahan sama. Melihat sebagai kekuatan positif untuk belajar, bukan sebagai kegagalan negatif. Sikap ini membantu kita melewati persoalan2 atau tekanan.
“Kunci mengelola kesalahan dengan me-mecah2nya,” ujar Otazo. Ibarat anak anjing buang kotoran di tempat salah. Menjauh dari kekacauan itu cara cepat kembali ke ritme kerjaan. Saat telah mempelajari, tidak berguna memikirkan yang salah. Hal negatif diletakkan di satu sisi. Tak masalah ada penyangkalan, ini membantu kita maju, selama tidak menimpakan kesalahan pada orang lain secara terbuka.
Ingatlah selalu, meratap dan mengeluh tidak membantu karena tindakan itu cenderung kita dan orang lain patah semangat. Sekali diungkapkan, pikiran negatif akan makin menguat dan secara harfiah dapat menguras energi rekan2 kerja. Menurut Otazo, ini bukan kita tidak mengakui kesalahan di depan umum tetapi kita tidak larut di dalamnya.
Kesalahan adalah peluang yang baik selama kita mengelolanya. Pertama, pikirkan sebelumnya tentang yang mungkin salah dan menyiapkan rencana B dan C. Seperti kata Otazo, berbuat kesalahan sekali itu biasa. Ini konsekuensi dari mencoba ide dan pendekatan baru. Jika tidak berani ambil risiko, tidak ada hasil yang dapat dipetik.
“Sebagian besar pemimpin dan perusahaan hebat pernah melakukan kesalahan besar di masa lalunya, tetapi jarang yang salah dua kali.” (Rep / Editor : Inria Zulfikar; Bahan dari : https://entrepreneur.bisnis.com/read/20190721/52/1126823/mengubur-kesalahan-begini-caranya-yang-jitu)-FatchurR *