P2Tel

Kanker Prostat Dari Faktor Risiko Gejala Hingga Deteksi Dininya

(sains.kompas.com)- Menurut data Globocan 2018, kasus baru penyakit kanker prostat di Indonesia (2018) mencapai 11.361 kasus, dan angka kematian akibat penyakit ini 5.007 pasien. Kanker prostat sering terlambat dideteksi, meski perkembanganya lama dan metode deteksi dininya tergolong murah.

 

Dalam rangka Prostate Cancer Awareness Month pada bulan September 2019, Yayasan Kanker Indonesia dan Johnson & Johnson mengangkat pentingnya deteksi dini kanker prostat melalui gerakan Fight for Your Man yang mengajak keluarga Indonesia berjuag melawan kanker prostat dengan melakukan deteksi dini.

Dalam diskusi media bertajuk “Fight For Your Man: Pentingnya Deteksi Dini Kanker Prostat”, Selasa (24/9/19) di Yayasan Kanker Indonesia, Jakarta; Prof. Dr. dr. Aru Sudoyo, SpPD, KHOM, FINASIM, FACP Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia menjelaskan serba-serbi penyakit ini.

 

Dia berkata kanker prostat terjadi ketika sel prostat mengalami mutasi dan berkembang di luar kendali. Prostat merupakan bagian dari sistem reproduksi pria yang berada di bawah kandung kemih.

 

Faktor risiko

Kanker Prostat umumnya jarang terjadi pada pria di bawah (50). Namun, penyakit ini meningkat tajam diusia(60) dan pada kelompok usia 70 ke atas, terdeteksi pada satu di antara 11 pria.

 

Selain usia, faktor risiko dari kanker prostat itu ras kulit hitam, ada kanker prostat dalam riwayat keluarga, polimorfisme atau variasi struktur genetik, obesitas, pola makan yang berlemak tinggi dan berserat rendah, gaya hidup tidak sehat, merokok dan kekurangan vitamin D.

Gejala

Pada stadium dini, penyakit ini umumnya tidak bergejala. Namun, kanker prostat bisa menimbulkan kesulitan buang air besar, hilangnya kontrol untuk urin, lebih sering buang air kecil, gangguan ereksi dan adanya darah pada urin.

Ketika sudah bermetastasis, kanker prostat bisa menyebar ke kelenjar getah bening, serta tulang dan menyebabkan penderitaan hebat di area pinggul, punggung dan dada. “Banyak pasien yang datang karena nyeri tulang, tetapi pas diperiksa dari prostat yang menyebar,” ujar Aru.

 

Deteksi dini

Jika bisa dideteksi dini, tingkat keselamatan dari kanker prostat 5 tahun sejak didiagnosis berada di atas 99%. Artinya, hanya 1% pasien wafat. Tapi bila baru dideteksi pada stadium lanjut, maka tingkat keselamatannya turun drastis jadi 25%. Untungnya, deteksi dini kanker prostat tak sulit dan murah.

 

Perkembangannya lama, butuh 20 tahun untuk memunculkan gejala dan 3-15 tahun jadi kanker laten. Aru merekomendasikan pemeriksaan colok dubur mendeteksi dini kanker prostat. Pemeriksaan ini harus dilakukan semua pria usia (55) ke atas, dan mulai usia 50 tahun bila memiliki faktor risiko kanker prostat.

 

Selain colok dubur, kanker prostat juga bisa dideteksi melalui tes PSA. Namun, tes PSA tidak dianjurkan tanpa colok dubur karena tingginya PSA tidak selalu karena kanker prostat dan interpretasi yang tidak tepat oleh orang yang bukan ahli bisa menimbulkan kepanikan.

 

Jika diduga mengalami kanker prostat, dokter bisa sarankan diagnosis lebih lanjut melalui ultrasonografi, biopsi prostat dan tes PCA3 penanda genetik lain terkait kanker prostat.

 

Pengobatan

Pengobatan untuk kanker prostat meliputi terapi lokal, operasi, radiasi lokal dan terapi hormonal. Terapi hormonal ini kebiri kimia di mana hormon androgen pria ditekan. Dengan demikian, kanker prostat bisa dihentikan penyebarannya. Obat hormonal diminum oleh pasien kanker hingga tidak mempan lagi atau penyakit jadi resisten.

 

Setelahnya, baru pasien kemudian dikemoterapi. Namun, bila penyakit sudah menyebar, kemoterapi bersifat paliatif atau hanya bertujuan mengurangi penderitaan pasien, bukan penyembuhan.

 

Perawatan paliatif

Kanker prostat untuk penyakit yang paling sering menyebabkan nyeri luar biasa pada pria selain kanker pankreas.

 

Karena itu, perawatan paliatif yang bertujuan mengurangi rasa sakit dan memperlambat penyebaran kanker terhadap penderita kanker prostat jadi penting dilakukan bersamaan dengan terapi lainnya, seperti kemoterapi dan radiasi.

 

Perawatan paliatif mencakup perawatan fisik, emosional, psikologis, sosial dan spiritual. Kini, perawatan paliatif untuk di rumah jadi program Yayasan Kanker Indonesia. Munculnya program ini didasari atas keprihatinan Aru melihat ketakutan pasien dan keluarga pasien untuk kembali ke rumah setelah menjalani terapi di rumah sakit.

 

(Artikel ini telah tayang di  Kompas.com dengan judul “Serba-serbi Kanker Prostat, dari Faktor Risiko, Gejala hingga Deteksi Dininya”, https://sains.kompas.com/read/2019/09/27/173300923/serba-serbi-kanker-prostat-dari-faktor-risiko-gejala-hingga-deteksi-dininya, Penulis : Shierine Wangsa Wibawa; Editor : Shierine Wangsa Wibawa)-FatchurR *

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version