(beritasatu.com)-JAKARTA; Platform medsos makin berpengaruh dalam ekonomi digital. Seiring itu, beragam penipuan dan penyalahgunaan daring secara cepat meningkat. Usut punya usut, meski kerap jadi korban, Indonesia juga asal muasal pelaku serangan kejahatan daring.
Dalam siaran pers ESET Indonesia, (20/9), serangan itu tergambar jelas dari hasil studi dari Arkose Labs 2019 bahwa 1 dari 10 transaksi yang mencakup pendaftaran akun, login, dan pembayaran dari layanan keuangan, e-commerce, perjalanan, medsos, industri game dan hiburan dari total 1,2 miliar transaksi adalah serangan siber.
Dari laporan iitu AS, Rusia, Filipina, Inggris, dan Indonesia menempati posisi teratas sebagai pencetus serangan tersebut, dengan Filipina sebagai pencetus serangan terbesar untuk serangan otomatis.
Sebagian besar serangan dari Tiongkok (59,3%) didorong manusia, atau lebih dari 4x lebih tinggi daripada AS, Rusia, Filipina, dan Indonesia.
Contoh kasus nyata dan masih terjadi, penipuan media sosial dengan menawarkan hadiah ponsel secara gratis. Hampir semua orang suka dengan sesuatu yang gratis, justru karena disukai itulah maka pendekatan ini digunakan oleh para pelaku untuk tujuan penipuan.
Warganet diiming-imingi hadiah ponsel dengan mengisi data personal secara lengkap, data inilah yang kemudian dimanfaatkan, dijual atau digunakan sendiri untuk meretas akun korban dengan kasar.
Ponsel gratis
Contoh penipuan via medsos, menjanjikan ponsel gratis sudah ada sejak bertahun-tahun lalu. Tetapi hingga hari ini, dianggap efektif dilakukan. Perusahaan solusi keamanan digital ESET terus mendapat laporan mengenai penipuan dengan metode ini dari para warganet di tanah air.
“Penipuan di medsos menargetkan semua latar belakang, usia, dan tingkat pendapatan. Tidak ada satu kelompok orang yang lebih cenderung jadi korban penipuan, semua orang mungkin rentan terhadap penipuan pada suatu waktu. Penipuan berhasil karena mereka terlihat seperti hal yang nyata dan membuat orang lengah,” ungkap IT Security Consultan PT Prosperita – ESET Indonesia, Yudhi Kukuh.
Keiutsertaan warganet Indonesia terlibat dalam kegiatan kriminal memanfaatkan media sosial menjadi keprihatinan bersama. Oleh karena itu, banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh semua pemangku wewenang dunia siber di tanah air termasuk institusi pendidikan
“Scammers semakin pintar dalam memanfaatkan teknologi baru, produk atau layanan baru dan peristiwa besar untuk membuat cerita yang dapat dipercaya untuk meyakinkan banyak orang agar memberi mereka uang atau informasi pribadi secara detail,” tambah Yudhi.
( Unggul Wirawan;WIR; Suara Pembaruan dan Bahan dari : https://www.beritasatu.com/digital/576071/marak-penipuan-di-medsos-indonesia-jadi-korban-sekaligus-pelaku)-FatchurR *