Dalam ajaran Islam, pekerjaan ditempatkan sebagai sesuatu yang setara dengan jihad fi sabilillah sebagai indikator bahwa bekerja dengan sungguh-sungguh itu ibadah.
Bagi Muslim, kehidupan sejatinya diarahkan pada tujuan pengabdian pada Allah Yang Menggerakkan. Jadi, yang dikerjakan bermanfaat bagi orang lain. Allah, dalam hati seorang Muslim jadi energi dahsyat untuk mengerjakan pekerjaan sungguh-sungguh dan berkualitas.
Karena itu, awali segala aktivitas kerja kita dengan tujuan suci, sehingga menghasilkan pekerjaan yang jadi wasilah (perantara) memperoleh bekal untuk kehidupan abadi di akhirat kelak.
Setidaknya, ada tiga filosofi budaya bekerja menurut Alquran yang dapat diaplikasikan saat mengerjakan sesuatu, sehingga mampu menjadi pekerja berkualitas.
Pertama, kerja harus dimaknai ibadah karena menjadi alasan diciptakan-Nya manusia dan jin di muka bumi. (QS al-Dzâriyât [51]: 56).
Kedua, kerja harus sungguh-sungguh. Allah SWT berfirman, “Bila kamu selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan Hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS Alam Nashrah [94]: 7-8).
Ketiga, kerja harus apik dan berkualitas. Allah SWT berfirman, “Orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri perhatikan yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan ber takwalah pada Allah, karena Allah Maha Tahu apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Hasyr [59]: 18).
Syahrin Harahap, dalam Islam Dinamis mengatakan, manusia secara garis besar dianugerahi empat daya pokok, yaitu: Pertama, daya fisik yang menghasilkan kegiatan fisik dan keterampilan;
Kedua, daya pikir yang mendorong pemiliknya berpikir dan menghasilkan ilmu pengetahuan;
Ke tiga, daya kalbu yang menjadikan manusia mampu berkhayal, mengekspresikan keindahan, beriman dan merasa, serta berhubungan dengan Sang Pencipta;
Keempat, daya hidup yang menghasilkan semangat juang, kemampuan menghadapi tantangan, dan menanggulangi kesulitan.
Penggunaan salah satu dari daya itu dapat melahirkan kerja atau amal. Karena itu, kita tidak dapat hidup tanpa menggunakan salah satu dari daya-daya tersebut. Karena itu, kerja adalah keniscaaan. Tapi, perlu diingat kerja atau amal yang dituntut-Nya bukan asal kerja, melainkan kerja yang saleh atau amal saleh. Saleh berarti sesuai dan bermanfaat bagi orang lain.
Pekerja saleh ialah orang yang mampu mengoptimalkan potensi diri untuk menelurkan karya terbaik yang bermanfaat untuk orang banyak. Rasulullah SAW bersabda, “Allah senang bila salah seorang di antara kamu mengerjakan pekerjaan, (bila) dikerjakan dengan baik (jitu).” (Al-Hadits).
(Oleh: Sukron Abdillah; Red : Agung Sasongko; Bahan dari : https://www.republika.co.id/berita/pzgns8313/menjadi-pekerja-saleh)-FatchurR