OM Swastyastu,
Hari itu Buda Kliwon wuku Sinta tanggal 11/12/2019 sebagai Hari .Raya Pagerwesi bersamaan dengan Hari Raya Purnama ke-6. Pada kesempatan ini hanya diulas tentang Hari Raya Pagerwesi, sedangkan Hari Raya Purnama sudah sering diulas.
Menurut Lontar Sundarigama dinyatakan Pagerwesi sebagai hari Payogan Sang Hyang Pramesti Guru, manifestasi Tuhan sebagai Guru tertinggi (guru dari segala guru) yang menanamkan kebenaran dan kesucian ke umat manusia. Untuk memuja Hyang Pramesti Guru, mantramnya adalah sebagai berikut :
Om Guurur Brahma Gurur Visnu
Guruurdeva Mahesvara
Gurur Saksat Parambrahma
Tasmai Siri Guruve namah
Om Hyang Widhi, hamba memujaMu……
dalam wujudMu, sebagai Brahma, Wisnu dan Siwa. Guru Agung Jagatraya, alam semesta
dan kepada para Guru yang menganugerahkan kesejahteraan dan kebahagiaan, hamba memuja Mu……
Kata “Pagerwesi” artinya pagar dari besi. Ini melambangkan perlindungan kuat. Segala hal yang dipagari berarti sesuatu yang bernilai tinggi agar jangan sampai mendapat gangguan atau bahkan dirusak. Hari Raya Pagerwesi sering diartikan oleh umat Hindu sebagai hari untuk memagari diri yang dalam bahasa Bali disebut “ magehang awak”.
Pada hari raya Pagerwesi ini juga hari yang paling baik untuk mendekatkan Atman kepada Brahman sebagai guru sejati. Pengetahuan sejati itu merupakan “pagar wesi” untuk melindungi hidup kita di dunia ini.
Dalam perayaan Pagerwesi ini umat Hindu memuja Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Siwa Maha Guru atau Sang Hyang Pramesti Guru (Guru dari segala guru). Dalam kedudukannya sebagai Sang Hyang Pramesti Guru, beliau jadi gurunya alam semesta terutama manusia. Hidup tanpa guru sama dengan hidup tanpa penuntun, tanpa arah, karena tanpa arah maka tindakannya jadi ngawur.
Pagerwesi diawali dgn Hari Raya Sarawati, pemujaan pada Dewi Saraswati, manifestasi Tuhan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan Baik Para Widya (Ilmu Rohani) dan Apara Widya (Ilmu duniawi/Ketrampilan) penting dikuasai sebagai bekal untuk mengarungi kehidupan, melindungi diri kita agar kita tidak tidak terjerumus ke hal-hal yang tidak diinginkan.
Tanpa bekal ilmu rohani dan ketrampilan juga akan mengalami banyak hambatan dalam bersaing di era globalisasi/kesejagatan.
Dengan Pagerwesi umat diingatkan bahwa melalui gurulah umat dapat menguasai ilmu pengetahuan secara sempurna. Oleh karena itu Hari Raya Pagerwesi juga bisa disebut “Hari Guru “Perayaan Pagerwesi ini merupakan momen yang sangat tepat untuk lebih jernih dan tajam memperhatikan keberadaan guru, baik kwalitas dalam melakukan swadharmanya maupun kehidupan sosial ekonominya.
Masyarakat jangan hanya menuntut guru bekerja maksimal, tetapi nasib sosial ekonominya diabaikan. Tugas dan kewajiban guru memang berat tetapi sangat mulya.
Momen ini penting utk mulatsarira/instrospeksi. Sudahkah guru melakoni diri sebagai guru yang merujuk sifat-sifat Sang Hyang Pramesti Guru? Sudahkah ilmu pengetahauan dijadikan sarana untuk memulyakan hidup? Atau justru disalah gunakan, sehingga tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi kepentingan hidup orang banyak?
Dalam kekawin Nitisatra dinyatakan : Norana mitra mangelewihaning wara guna maruhur” artinya tidak ada sahabat yang lebih utama dari bersahabat dengan ilmu pengetahuan yang utama dan luhur. Jadikanlah wara guna maruhur atau ilmu pengetahuan utama dan luhur ini sebagai pelindung atau pagar kehidupan kita, bagai pagar besi dalam mengarungi hidup di dunia ini. Inilah hakikat hari raya Pagerwesi.
Saat ini pemerintah sedang giat melakukan pembangunan pisik berupa sarana dan prasarana maupun Sumber Daya Manusia melalui pencanangan “revolusi mental”. Mari kita dukung dan sukseskan program Pemerintah sesuai tugas pokok/fungsi/peran kompetensi kita masing-masing, sehingga Indonesia mampu mengejar ketertinggalan dan dapat mensejajarkan diri dengan negara maju lainnya.
Sebagai penutup kami lantunkan pantun dalam bentuk pupuh sinom :
Dabdabang cening dabdabang
Mumpung ragane kari alit
Melajah ningkahan awak
Dharma patute gugonin
Eda pati iri hati
Bodri teken anak lacur
Eda bangga teken awak
Lagute kaucap ririh
Eda sumbung
Demen menyumbungan awak
Kesimpulannya dengan perlindungan ilmu pengetahuan diharapkan kita lebih bijaksana dan rendah hati dalam melakoni kehidupan sehingga terrcapai kerukunan, kedamaian dan kebahagiaan hidup, bukan sebaliknya selalu meninggikan EGO dan kesombongan kita, bahkan disalah gunakan untuk menipu bahkan korupsi yang merugikan orang lain/masyarakat/Negara..
Demikian disampaikan semoga bermanfaat
Terima kasih; OM Santih Santih Santih OM
(Kiriman Dewa Putu Darma)-FatchurR *