Secara year on year angka 11% lebih sedikit dibanding periode yang sama tahun-2018. Negara Indonesia di kuartal ketiga 2019, ada 2,26% pengguna yang terinfeksi ransomware. Jumlah ini mengalami penurunan 0,01%, dan 2,27% pengguna terinfeksi ransomware pada periode yang sama di 2018.
Meski total pengguna yang terpengaruh mengalami sedikit penurunan, laporan menunjukkan bahwa jumlah modifikasi ransomware terbaru tumbuh dari 5.195 pada kuartal ketiga 2018 menjadi 13.138.
Angka tersebut menandakan peningkatan sebesar pada kuartal ketiga 2019 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan ini menandakan ketertarikan para pelaku kejahatan siber pada jenis malware tersebut sebagai sarana untuk memperkaya diri.
Dalam laporan itu, Kaspersky juga mendeteksi dan memblokir 989.432.403 serangan berbahaya dari sumber online yang berlokasi di 200 negara. Angka ini bertumbuh empat persen dibandingkan Q3 2018. Selain itu, Kaspersky juga mendeteksi malware yang bertujuan mencuri uang melalui akses online ke rekening bank terdaftar di sebanyak 197.559 komputer pengguna.
Enkripsi ransomware itu malware yang menerapkan metode enkripsi canggih sehingga file tidak dapat didekripsi atau dibuka tanpa kunci unik yang dipegang oleh peretas. Metode ini membuat pemilik perangkat yang terinfeksi, terjebak perangkat yang terkunci. Untuk mendapat kunci dari peretas, pengguna akan diminta bayar uang tebusan demi mendapatkan akses kembali menuju file.
(jnp’ DAL; Bahan dari : https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20191204204355-185-454240/indonesia-jadi-negara-favorit-ke-23-serangan-ransomware)-FatchurR *