P2Tel

Muhasabah Di Akhir Tahun 2019

(radarjember.jawapos.com)-Saat ini Kita di penghujung 2019 dan siap memasuki tahun 2020. Tiap akhir dan pergantian tahun bermakna dalam bagi manusia.  Itu dapat dirasakan tiap manusia, satu sisi di awal tahun itu  tempat harapan mencapai sukses ke depannya.

 

Disisi lain kegagalan di tahun sebelumnya jangan terjadi di tahun mendatang serta yang pasti terjadi yaitu hidup manusia berkurang sesuai jatah usia dari Allah SWT. Karena itu, kita perlu merenung (tafakur) pada diri sendiri.

 

Di samping itu sebaiknya kita bermuhasabah yaitu mengevaluasi diri pada kebaikan dan keburukan yang telah dilakukan dalam hal baik yang ada hubungannya dengan ibadah pada Allah SWT (hubungan vertikal) dan hubungan antar makhluk dalam perjalanan hidupnya (hubungan horizontal).

 

Akhir 2019 ini momen muhasabah diri Kita masing-masing apakah tahun 2019 lebih banyak nilai kebaikan dan ibadah pada Allah SWT atau sebaliknya lebih banyak kejelekannya? Maka jawabnya pada diri kita. Jika posisi Kita pada zona lebih baik maka Kita beruntung. Jika sama dengan tahun lalu maka nilainya zona tertipu. Tapi jika lebih jelek dari tahun sebelumnya maka Kita berada pada zona kerugian..

 

Kita beruntung diberi umur panjang banyak jika beramal kebaikan, sebagaimana Rasul SAW sampaikan dalam hadis : “Sebaik-baik manusia ialah yang diberi umur panjang dan digunakan melakukan kebaikan, dan sejelek-jelak manusia bila diberi umur panjang tapi untuk perbuatan kejelekan”. (HR: Ahmad). Pada hadis yang lain Rasul SAW bersabda : “Siapa keadaan hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka dia beruntung dan yang keadaan hari ini sama dengan hari hari kemarin dia tertipu dan jika hari ini lebih jelek dari hari kemarin, berarti dia terlaknat” (HR. Baihaqi)

 

Jadi, yang beruntung itu yang tahu diri, tahu kemampuanya, tahu perhitungan, tahu posisi pribadinya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Kesadaran atas pengawasan Allah SWT mendorong mukmin bermuhasabah atau evaluasi diri atas amal perbuatan, tingkah laku, sikap dan hatinya muraqabah yaitu upaya diri merasa terawasi Allah SWT dengan jalan mewaspadai dan mengawasi diri sendiri.

 

Muhasabah bisa sebelum dan sesudah berbuat. Sebelum melakukan sesuatu harus mempertimbangkan, baik-buruknya, manfaat-mudharatnya serta menilai kembali motivasi melakukan suatu amalan. Adapun muhasabah sesudah amal perbuatan ada tiga macam, yaitu;

 

1)-Muhasabah hak Allah SWT yaitu tentang keikhlasannya dalam beramal karena Allah SWT, kesesuaian amalannya dengan petunjuk Rasulullah SAW, sikap ikhsannya dalam beramal,

2)-Muhasabah pada amalan yang akan lebih baik tidak dilakukan daripada melakukannya, dan

3)-Muhasabah pada amalan mubah/kebiasaannya. Kenapa dilakukan? Untuk dapat ridha Allah SWT dan kehidupan akhirat? Jika ya yang melakukan akan beruntung, namun jika tidak maka dia akan merugi.

 

Di antara manfaat muhasabah ;

1)-Untuk mengetahui kelemahan diri manusia supaya dia dapat memperbaikinya. Karena orang yang tidak tahu kelemahan dirinya, ia tak akan mau mengubah pribadinya menjadi lebih baik,

2)-Sebagai petunjuk manusia untuk tetap di jalan yang diridhai Allah SWT karena manusia dapat berhati-hati untuk tidak melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT,

 

3)-Selalu menganggap diri penuh kekuranga, kelamahan dan tidak tertipu amal yang dilakukan,

4)-Membuat diri tidak sombong atau takabur karena merasa yang terbaik dari manusia lainnya,

5)-Seseorang akan mampu memanfaaatkan waktu sebaik-baiknya untuk berbuat positif dan beribadah kepada Allah SWT, dan

6)-Untuk mengetahui hak Allah SWT karena orang yang tak tahu hak Allah SWT atas dirinya, maka ibadahnya tidak bermanfaat bagi dirinya.

 

Cara kita bisa di zona untung dengan mensyukuri nikmat umur panjang dan mengucapkan alhamdulillah serta berbuat baik, beribadah, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya serta mengikuti sunnah dan syariat dari Rasul SAW. Allah memberi kesempatan hidup lebih panjang dan kesehatan ini anugerah besar dan tidak ternilai harganya dengan apapun, baik harta, rezeki, kedudukan dan pangkat.

 

Tapi harus diingat dibalik anugerah yang besar, manusia dituntut mengabdi dan beribadah pada Allah SWT, sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur`an surat Adz-Dzariyat: 56 yang artinya: Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

 

Di ayat ini tidak ada tujuan lain Allah SWT menciptakan manusia kecuali mengabdi dan beribadah ke Allah SWT semata, kata ibadah bila diartikan lebih luas tidak hanya ritual ibadah semata, tapi memaknai manusia sebagai khalifah fil-Ard yakni melestarikan dan menjaga alam semesta ini, mengisi hal-hal yang membawa kemanfaatan dan kebaikan bagi orang lain.

 

Kita diberi amanah untuk jadi khalifah bertugas untuk mengolah, mengatur dan menyelenggarakan kehidupan damai, adil dan makmur, sejahtera, bahagia untuk meraih kemaslahatan berlandaskan agama, al-Qur`an dan al-Hadis.

 

Tegasnya, kita mendapatkan  kebahagiaan dan kemaslahatan di dunia ini untuk mempersiapkan bekal kepentingan akhirat. Dua macam tujuan hidup  ini harus kita upayakan di dunia dengan meningkatkan semangat dan etos kerja yang tinggi, dan selalu beribadah kepada-Nya.

 

(DR Khotibul Umam MA; Penulis adalah Dosen Pascasarjana IAIN Jember dan Kepala Audit dan Pengendali Mutu pada LPM IAIN Jember ;  Bahan  dari : https://radarjember.jawapos.com/pascasarjana_iain/27/12/2019/muhasabah-diri-di-akhir-tahun-2019/)-FatchurR *

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version