Manager Unit Pelaksana Pembangkitan Flores PLN Lambok R Siregar mengungkapkan, panas bumi di Pulau Flores bakal jadi salah satu penopang listrik di wilayah ini. Lebih menarik lagi, jelas Lambok, PLTP Sokoria akan jadi andalan pemasok listrik bersumber dari energi baru dan terbarukan (EBT). Di Flores dan sekitarnya penggunaan energi baru dan terbarukan sudah 18,29%.
“Ditargetkan jumlahnya bisa 2% pada 2024” ungkap Lambok saat meninjau proyek PLTP Sokoria (28/11). Lambok menuturkan, PLTP Sokoria bertahap akan memasok listrik untuk Ende, Pulau Flores, mulai Februari 2020. Kini pembangkit yang dikembangkan PT Sokoria Geothermal Indonesia (SGI) dalam tahap proses penyelesaian konstruksi. Perkembangan pembangunannya sudah 50%.
Salah satu pasokan EBT terbesar berasal dari PLTP Sokoria. Totalnya bakal 30 mW pada lima tahun mendatang. Tahap pertama, akan masuk ke sistem kelistrikan Flores 5,0 mW pada Februari 2020.
Head of Corporate Affair PT Sokoria Geothermal Indonesia Syahrini Nuryanti menyatakan, pihaknya yakin mampu memenuhi target penyelesaian pembangunan PLTP Sokoria Februari 2020. Kini memasuki tahap pembangunan dan konstruksi pembangkit. Pengeboran sumur geothermal sudah dilakukan mulai 2017. “Saat ini totalnya ada 5 sumur yang dibor,” jelas Syahrini.
Secara keseluruhan ada 7 sumur geothermal yang dioperasikan untuk memasok pembangkit listrik. Perusahaan menargetkan kapasitas produksi PLTP Sokoria 30 mW. “Akan tercapai pada 2024” ujarnya.
Di Flores, kini bauran energi untuk kelistrikannya berasal dari PLTU 10,35%, PLTD 48,7%, Pembangkit Listrik Tenaga Mesin dan Gas (PLTMG) 22,64%, PLTS 0,56%, Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) 4,28%, dan PLTP 13,44%. Khusus pembangkit EBT, total menghasilkan listrik 20 mW. Total Daya pembangkit di Flores 112 mW dari total kapasitas terpasang 190 mW. Beban puncaknya rata-rata 85 mW.
Untuk memasok kelistrikan Flores dan sekitarnya, PLN akan menuntaskan jalur transmisi di seluruh pulau yang mencapai 600 km. Transmisi ini menghubungkan kelistrikan mulai dari Larantuka sampai Labuhan Bajo.
Kehadiran PLTP Sokoria, akan membantu menurunkan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik, khususnya di Flores. Imbasnya, BPP di Nusa Tenggara akan ikut menyusut. “Biaya untuk PLTP Sokoria ini hanya 12 sen per kWh” ujar Lambok.
Dengan biaya 12 sen per kWh, jelas tarif listriknya terjangkau. BPP PLTP Sokoria ini lebih murah ketimbang BPP Flores yang rata-rata mencapai Rp 2.542 per kWh. Tingginya BPP itu sebagai imbas dari penggunaan PLTD yang masih mendominasi di wilayahnya.
(Rep: Rakhmat Hadi Sucipto / Red: Agus Yulianto; Bahan dari : https://republika.co.id/berita/q1vvoe396/pltp-sokoria-kejar-target-operasi-februari-2020)-FatchurR *