P2Tel

Tentang Cinta Kasih

Suatu hari di warung sederhana, di Kepatihan Wetan, Solo, aku mengamati dialog.

‎“Gratis Mbok??“ si Parjo bertanya heran.

“Ya , kenapa? makan aja apa yg kamu suka.”

 

“Wah…. terimakasih mbok…terimakasih…”‎

Si Mbok senyum riang ketika memperhatikan Parjo, langganannya yang biasa berhutang di warungnya, kini menyantap makanan dengan lahapnya. Mungkin kali ini pria itu menikmati makanan tanpa beban.

Keringat meleleh di keningnya.

 

“ Jo…“

“Ya, Mbok. Ada apa?. Apa ini hanya guyonan Mbok?” Parjo melongo ke arah si Mbok dengan bingung dan mulut yg masih terisi nasi. Tapi si mbok tetap tersenyum. “Ini catatan Bon kamu ya. ? tanya si Mbok.

“Ya Mbok. Tapi aku ndak ada duit sekarang.”

 

“Ya, aku tahu. Kamu selalu ndak ada uang akhir2 ini. _Ya sudah, bon kamu aku hapus“  jawab simbok.

“ Hapus???“ teriak Parjo bengong.

“Wah,  lelucon apa lagi ini Mbok. Jangan bikin aku jantungan Mbok. Gratis saja aku sudah bingung, sekarang bonku dihapus, lagi.“_

 

“Kamu ndak perlu jantungan. Terima aja. Aku senang kok”_ Jawab simbok. Hari itu ada 40 orang yg datang makan di warung mbok Mijah.

Mereka supir angkot, tukang becak, pemulung, pedagang asongan, pengamen jalanan dan tukang minta2 yg biasa nongkrong di sudut jalan.

 

Semua menikmati makanan gratis. Sebagian dari mereka yg berhutang dinyatakan dihapus oleh simbok.

Kebahagiaan jelas terpancar diwajah si Mbok. Pemandangan tsb  aku saksikan sambil asyik menikmati es teh manis. Mereka yg datang seakan tidak memperdulikan ku. Tapi tidak ada satupun ekspresi wajah dari mereka yg luput dari perhatianku.

 

Hari itu aku sengaja datang ke warung si Mbok yg jadi langgananku ketika aku mahasiswa dulu.

Si Mbok hampir tidak percaya ketika aku datang.‎ ‎”Maksud mas?“  Tanya siMbok dg sedikit terkejut.

“Ya Mbok. Aku ingin tahu berapa jumlah penjualan Si mbok bila seluruh makanan habis terjual.”  tanyaku tanpa memperdulikan keterkejutannya.‎

“400 ribu rupiah, Den. Tapi tidak semua simbok terima karena sebagian dihutangin”

“ Baik. Berapa jumlah catatan hutang dari semua pelanggan si Mbok“_  tanyaku lagi.

“ Ada Rp. 700 ribu”_ jawabnya lagi tapi masih bingung.

 

“Oke Mbok. Nah ini saya beri uang Rp. 1.500.000.“_kataku sambil memberikan uang itu kepadanya.

“Oh.. Untuk apa ini Den…??” Sekarang benar2 bingung dia.

“ Aku ingin memberi uang ini pada Si Mbok. Karena dalam keadaan sulit Mbok bisa berbuat baik sama orang. Simbok bisa ngutangin orang yg butuh makan walau simbok tidak tahu kapan orang itu akan membayar.”_

 

Sambil memperhatikan wajahnya yg berseri dalam kebingungan, kupegang tangannya dan menyerahkan uang itu.  “Nah, apa yg akan siMbok lakukan dengan uang ini?” sambung ku.

‎“SiMbok hanya ingin memberi kesempatan semua langganan makan gratis hari ini. Menghapus semua hutang mereka.” Jawabnya.

“Mengapa???“. Sekarang gantian aku yang bingung.

‎“Simbok orang miskin. Simbok pengen bersedekah tapi ndak pernah bisa. Wong hidup juga sulit begini.” Katanya.

 

******

Ketika senja beranjak malam.  Aku melangkah menjauhi sudut jalan itu. Di mobil aku termenung. Selama ini kita begitu hebatnya menggunakan retorika bahwa kita peduli dg si miskin. Kita marah kepada ketidak-adilan. Tapi kita tidak berbuat banyak.

 

Kehadiran Tuhan  tetap ada di lingkungan simiskin. Dengan kesahajaan dan caranya, mereka berbagi untuk saling peduli. Itu.  ‎Negeri ini kuat karena rahmat Tuhan yang meniupkan pesan cinta ke hati siapapun saling berbagi. Masalahnya ada yg bisa membaca pesan itu dan ada yg tidak membacanya.

 

Si Mbok adalah contoh bhw pesan cinta Tuhan  dibacanya dg baik, walau sedikit yg  dia punya itulah yg dia bagi… dan dia bahagia karena itu. Cinta selalu menyehatkan dan menentramkan walau harus dg memberi sesuatu dimana pada waktu yg bersamaan diri sendiri juga sangat membutuhkannya.

 

“Berbagi tidak harus menunggu kaya.”

‎Selamat menikmati sisa hidup ini. Semoga semuanya berbahagia. (Bahan  dari : Grup WA sebelah)-FatchurR *

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version