Indonesia melansir pertumbuhan ekonomi terhambat dan peningkatan perekonomian tahun 2020 dapat tertunda. Hal ini salah satu penyebab dari produksi menurun serta penawaran terbatas.
“Ramadan dan Idul Fitri sering jadi momen peningkatan perekonomian karena kebutuhan meningkat. Saat ini belum menunjukkan gairah pergerakan ekonomi seperti biasa terjadi sebelumnya. Pademi ini belum mencapai puncaknya dan diperkirakan akan meningkatkan jumlah yang terpapar,” ujar Dr Irfan Syauqi Beik, SP, MScEc, Dewan Pengawas Syariah Pengelolaan Dana Lestari dan Wakaf, IPB University.
Usaha di sektor UMKM terdampak ekonomi terbesar, padahal 99% usaha di Indonesia didominasi sektor ini. Dukungan produksi di sektor ini diperlukan. Salah satu jenis UMKM yang krusial untuk didukung adalah di sektor pertanian.
“Kebutuhan pokok masih didominasi kebutuhan pangan, yaitu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi sebelum kebutuhan lain. Produksi pangan sebaiknya didukung agar tidak melambat atau terhambat. Juga logistik penyaluran dari sumber produksi kepada sumber permintaan sebaiknya dilengkapi oleh infrastruktur yang dibutuhkan,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (6/5).
Momen Ramadan itu momen paling ditunggu bagi umat Muslim karena di bulan ini segala rahmat dicurahkan untuk kebaikan dan dilipatgandakan dibanding di bulan yang lain. Sering umat berbondong memberi sedekah dan mengeluarkan berjumlah lebih banyak.
Bulan ini momen mengoptimalkan ikhtiar, dengan logika manusia dan logika illahi, disertai kesungguhan dalam berdoa dan bertaubat kepada Allah, terutama dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini.
“Logika manusia, kita melaksanakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), social distancing, physical distancing, dan cuci tangan, respons pada Covid-19. Logika Ilahi, kita harus mengupayakan hal hal yang mengundang pertolongan Allah. Seperti dinyatakan dalam hadits Nabi SAW, beliau bersabda, ‘Bersegeralah bersedekah, karena bala bencana tak pernah mendahului sedekah.’ (HR Baihaqi)
Sedekah jadi jalan untuk keluar dari berbagai bencana. Di antaranya sedekah jariyah atau wakaf,” imbuhnya. Irfan menegaskan, wakaf ini instrumen bersifat multidimensi. Selain memperkuat keimanan para wakif (pemberi wakaf), wakaf dapat dikembangkan untuk memperkuat perekonomian termasuk untuk pemenuhan kebutuhan infrastruktur berbagai bidang yang dibutuhkan.
Covid-19 ini mengajarkan, banyak industri strategis yang harusnya dikembangkan bangsa, seperti industri alat-alat kesehatan dan industri pangan. Hal ini penting karena memengaruhi ketahanan dan bahkan kedaulatan bangsa.
Wakaf bisa dioptimalkan dengan baik. Contoh, perekonomian butuh boosting bagi produksi dan logistik, terutama industri pertanian dan kelautan. Petani, nelayan, dan peternak perlu dukungan infrastruktur dari pemerintah dan masyarakat. Wakaf dapat dijadikan instrumen yang memberi stimulus bagi penguatan petani dan nelayan, termasuk alat untuk menjaga harga jual di tingkat petani dan nelayan.
“Karena itu ke depannya, kita perlu serius berkonsolidasi dan optimalisasi potensi Wakaf ini. Banyak hal bisa kita kembangkan melalui wakaf ini, yang ujungnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sekaligus sebagai jalan untuk mengundang pertolongan Allah SWT. Wallaahu a’lam,” tandasnya.
(Irwan Kelana; Bahan dari : https://republika.co.id/berita/q9wgqx374/wakaf-logika-ilahi-dan-pandemi-covid19)-FatchurR *