(m.liputan6.com)-JAKARTA; Astronaut Malaysia, Sheikh Muszapher Shukor, yang melakukan perjalanan ke ISS selama Ramadan (2007). Sebagai Muslim taat, ia ingin salat tepat waktu sambil menghadap Makkah.
“Ketika Sheikh Muszapher Shukor mengunjungi kami, ia tanya tentang kiat sebelum meluncur ke ISS, bagaimana ia tetap bisa salat 5 waktu saat di angkasa luar,” kenang Dr Mohammed Al Ahbabi, Direktur Jenderal Badan Antariksa UEA seperti dikutip dari Gulf News.
Agensi Angkasa Negara Malaysia (ANGKASA) juga mengadakan pertemuan puncak mencakup 150 cendekiawan Islam untuk menjawab pertanyaan arah kiblat dan waktu salat bagi astronaut Islam ketika di angkasa luar.”Dia beritahu kami, ulama di Negeri Jiran telah mengeluarkan fatwa mengikuti waktu salat dari lokasi peluncuran, yaitu Kazakhstan.” Seperti apa Shukor salat di tengah misi saat Ramadan?
Terkenal lewat aksi salat di Angkasa Luar
Sheikh Muszaphar Shukor, astronaut Malaysia pertama yang sukses ke angkasa luar. Dirinya pertama kali menjalankan misi pada 10/10/2007 dengan kode misi Soyuz TMA-11.
Shukor terkenal akibat melakukan salat di luar angkasa.
Di tengah pandemi COVID-19, kini Sheikh Muszaphar Shukor dikabarkan jadi jasa pengantar makanan. Pria yang kini berusia 47 tahun itu berkeliling sebagai pengantar pengiriman untuk restorannya, Rebung.
Dilansir dari Today Online, restoran ini menyajikan hidangan Melayu asli di dekat Perdana Botanical Garden. Sheikh Muszaphar, salah satu pemilik Rebung bersama koki lokal terkenal Ismail Ahmad. Restoran ini ditutup sejak Malaysia menerapkan kebijakan lockdown, tapi kembali buka melayani take away dan pesan antar.1
Aksi serupa
Rabu, 25/9/2019 jadi hari bersejarah bagi Uni Emirat Arab (UEA). Sebab, ini kali pertamanya negara itu mengirim seorang astronautnya ke Stasiun Angkasa Luar Internasional (ISS).
Ialah Hazza Al Mansouri, mantan Angkatan Bersenjata UEA dan pilot jet tempur, yang terbang ke ISS dengan pesawat ruang angkasa Soyuz-MS 15 (milik Rusia) dari Baikonur Cosmodrome, Kazakhstan. Al Mansouri selama 8 hari berada di ISS, bertemu astronaut-astronaut lain dari berbagai dunia, seperti NASA, ESA, Roscosmos, JAXA dan CSA, serta melakukan sejumlah eksperimen.
Dalam wawancara melalui panggilan radio dari ISS (sebelum menginjakkan kakinya dengan selamat di Bumi (3/10/2019), lulusan sekolah militer Khalifa bin Zayed Air College ini mengatakan, banyak pelajaran penting yang ia dapat dari pengalaman perdananya berada di ruang angkasa.
Ia mempelajari kehidupan sehari-hari di ISS, cara bertahan hidup di tempat nol gravitasi, dan salat lima waktu di sana. “Sebagai pilot profesional, saya terbiasa salat sambil terbang dengan kecepatan tinggi,” kata Al Mansoori, dikutip dari Gulf News. “Ketika berada di ruang angkasa, itu berbeda.”
Bagaimana Al Mansouri cari tahu arah Kiblat? ISS mengorbit Bumi tiap 90 menit, berarti dia saksikan 16 matahari terbenam dan terbit tiap hari. Untuk urusan ibadah, pemerintah Dubai telah menangani dilema tersebut dengan memberinya sebuah buku doa.
Dubai Islamic Affairs merekomendasikan Al Mansouri untuk mengikuti pengaturan waktu Makkah di Arab Saudi ketimbang negara di mana ia diluncurkan–Kazakhstan. Dalam buklet itu, ulama di UEA mengatakan Al Mansouri tidak dibebaskan dari salat atau puasa, dan ia harus menajalankan kewajiban sebagai muslim.
Umat Islam harus salat 5 waktu sehari, ditentukan ketinggian matahari. Saat di ruang angkasa, Al Mansouri disarankan salat mengikuti waktu Dubai. Saat di stasiun yang mengorbit Bumi pada kecepatan 27.500 km/jam, lalu ke arah mana Al Majouri harus menghadap kiblat?
“Astronaut yang sedang berada di ruang angkasa menyaksikan 16 matahari terbit dan 16 matahari terbenam dalam sehari, sehingga tak jelas kapan bisa salat atau puasa,” kata Dr Mohammed Al Ahbabi, Dirjen Badan Antariksa UEA.
Dalam buku panduan, para ulama menasihati Al Mansouri untuk menghadap Bumi ketika salat–jika memungkinkan. Tapi bila tidak, maka ia diperbolehkan menghadap ke arah mana pun.
“Karena itu (kapsul) akan terlepas dari Bumi dan berputar cepat di rute berbeda, tidak ada gunanya ikut pengaturan waktu dari negara peluncuran, dan Makkah sebagai tempat turunnya wahyu menjadi preseden,” demikian bunyi buklet itu.
Sebelum salat, umat Islam wajib wudu (mensucikan diri pakai air). Namun, bila tidak ditemukan air, Muslim boleh tayamum–bersuci dengan debu (pasir, tanah) yang bersih.
Buklet itu mengatakan ISS menyediakan air untuk kebutuhan sehari-hari, tapi sarannyaa astronaut bawa segenggam pasir atau batu untuk pengganti air untuk wudu–ketika air tidak tersedia.
(Tantri Yulianingsih; Bahan dari : https://m.liputan6.com/ramadan/read/4259326/bikin-penasaran-begini-cara-astronaut-salat-saat-ramadan-di-antariksa?utm_source=Digital+Marketing&utm_medium=Partnership&utm_campaign=Line)-FatchurR *