P2Tel

Rekor Kasus Positif Corona Apakah Terkait Pelonggaran PSBB

(lifestyle.bisnis.com)-JAKARTA; Tanggal 6/6/20, atau hampir 100 hari kasus Covid-19 masuk Indonesia, kasus positifnya mencatatkan rekor baru. Padahal PSBB mulai dilonggarkan.

 

Dalam konferensi pers virtualnya, Jubir Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyebutkan dalam satu hari ini, ada 993 kasus positif baru yang muncul di tanah air, sehingga, total positif virus corona di Indonesia 30.514 orang. Dan pasien sembuh tambah 464 jadi 9.907, dan meninggal bertambah 31 orang jadi 1.801.

 

Di atas kertas, data positif ini di Indonesia belum melandai. Berdasar data Tim Gugus Tugas Covid-19, bulan Mei, penambahan kasus positif makin menjadi, ada lonjakan 161% sejak April 2020. Pada Mei, penambahan kasus ini secara harian mencapai puncaknya. Misalnya pada 21/5 : 973 orang dan 23 Mei sebanyak 949 orang.

 

Meski 1/6/20 melambat dengan tambahan 467 kasus positif, dan dalam beberapa hari ada anomali kenaikan kasus positif. Rasio reproductive number (Rt) Jakarta dan 4 provinsi lain di Jawa masih di atas 1,00.

 

Padahal syarat pelonggaran PSBB rasio Rt harus di bawah 1,00. Rt, metrik melacak laju penyebaran virus real-time. Makin kecil Rt berarti penularan makin minim, dan lama-lama menghilang. Artinya, dengan data itu, Indonesia belum siap melakukan pelonggaran.

 

Fase new normal aktivitas masyarakat dengan pertimbangan, salah satunya pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2020 yang babak belur. Apalagi, sebelum PSBB, ekonomi tumbuh 2,97%. Kekhawatirannya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II ini lebih parah dan bisa berdampak pada kuartal berikutnya.

 

New normal murni belum dilaksanakan, rekor baru kasus positif menghadang. Pihak ahli kesehatan  memprediksi hal ini terjadi ketika pemerintah memutuskan melonggarkan PSBB. Ketua Departemen Epidemiologi FKM UI Tri Yunus Miko Wahyono pernah mengatakan gelombang kedua penyebaran Covid-19 berpotensi terjadi. Itu tercermin dari jumlah kasus di daerah seperti DKI yang  tinggi.

 

Sejumlah langkah antisipasi dilakukan mencegah penyebaran virus ini, terutama mengurangi klaster penyebar Covid-19. Senada dengan Tri Yunus, Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastro Entero Hepatologi, Prof. dr. Ari Fahrial Syam, Indonesia terbilang riskan untuk menerapkan tatanan hidup baru (new normal) dalam waktu dekat. Pasalnya, angka penularan virus ini terbilang tinggi.

 

Dari data kasus positif, Indonesia masih zona merah, dan jumlah kasus terus meningkat. Sehingga jika new normal dipaksakan, dan orang kembali beraktifitas maka angka infeksi masih tinggi. Alasan lain yakni angka kematian di Indonesia yang  besar yakni 6%, juga kesiapan kita yang belum mampu 100%  menjalankan protokol kesehatan.

 

Kekhawatiran itu terbukti. Kini, seang beberapa hari rencana new normal dicetuskan, kasus positif virus corona melonjak. Peningkatan ini bukan hanya di Indonesia, yang harusnya jadi pembelajaran bagi pemerintah sebelum memutuskan rencana new normal.

 

Misal di China, sebagai epicentrum virus corona, sebulan setelah menyatakan bebas Covid-19, tiba-tiba saja kasus baru muncul dengan jumlah yang cukup tinggi. Kemudian, di Korea Selatan 100 kasus baru muncul hanya berselang kurang dari 10 hari warganya mulai beraktifitas normal.

 

Yang terbaru adalah di Arab Saudi yang juga mencatatkan pelonjakan kasus baru dalam 5 hari setelah pelonggaran, yang membuat kebijakan jam malam kembali diberlakukan per 5 Juni 2020. Ahli kesehatan dunia memprediksi gelombang kedua wabah covid-19 bisa lebih besar dari gelombang pertama.

 

Pawel Grzesiowski dari Foundation of the Institute of Infection Prevention mengatakan pandemi global tidak melemah. Tingkat keparahannya di berbagai negara bervariasi tergantung kondisi setempat. Dengan kondisi ini, dia khawatir pada perencanaan pelonggaran pembatasan jarak sosial hingga pelonggaran perjalanan. Ini memunculkan tantangan baru dan berisiko gelombang kedua infeksi.

 

Andrea Ammon dari European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) mengatakan gelombang infeksi kedua sangat mungkin terjadi, jika masyarakat melanggar aturan jarak sosial yang telah ditetapkan.

 

Grzesiowski berpendapat masyarakat yang lebih besar, di ruang publik membantu memfasilitasi penyebaran virus corona, “Kita harus ingat makin banyak orang kumpul di satu tempat, semakin tinggi risiko infeksi”. Mengacu data dan fakta itu, maka bukan tidak mungkin pelonggaran PSBB dan new normal di Indonesia bakal terus menambah kasus positif covid-19.

 

(Reporter/Editor: Mia Chitra Dini Sari;  Bahan dari : https://lifestyle.bisnis.com/read/20200606/106/1249366/rekor-baru-kasus-positif-corona-apakah-terkait-pelonggaran-psbb)-FatchurR *

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version