(republika.co.id)-Kasus positif Covid-19 di Tanah Air didominasi pasien tanpa gejala (Orang Tanpa Gejala / OTG). Fakta ini diperkuat oleh Gubernur DKI yang menyatakan 66% kasus positif Covid-19 itu OTG juga dari hanya segelintirnya kasus positif Covid-19 di Secapa AD yang dirawat.
Gubernur DKI, menyatakan selama PSBB transisi (4/6/20 sampai 12/7/20) ada 6.748 kasus baru. Tingginya kasus karena faktor aktifnya tracing (penelusuran kasus). Sejak 4/6 sampai kini, klaster terbesar otomatis dari pasien RS itu 45,26%, kedua pasien di komunitas 38% dan mereka di lingkungan masyarakat. Lalu, di pasar-pasar 6,8% dan pekerja migran Indonesia itu 5,8%, sisanya perkantoran.
Dari total pasien positif, 66% adalah OTG. Orang tanpa gejala tidak sadar dia sudah terekspos. “Artinya kalau mereka tidak didatangi tim Puskesmas untuk testing, barang kali mereka tidak merasa sebagai pasien positif. Padahal ia membawa virus Covid-19,” kata Anies.
Anies minta warga DKI harus ekstra hati-hati. “Saya ingin mengingatkan semua warga DKI ekstra hati-hati. Jangan Anggap enteng, jangan merasa bebas Covid-19. Kalau kondisi ini berlangsung terus bukan tidak mungkin kita kembali ke situasi sebelum ini,” tegasnya.
Bukti kasus OTG dan terpapar di Secapa AD Bandung. KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa mengatakan di situ ada 1.280 orang positif corona. Di Pusdikom 101 siswa positif corona. Kasus positif di Secapa dari perwira siswa (pasis), staf dan pelatih Secapa , serta keluarga personel Secapa. Dari 1.280, 991 diantaranya pasis, 283 staf dan pelatih, dan 6 orang keluarga staf dan pelatih. ‘’Dari 6 anggota keluarga, ada 1 anak-anak,’’ kata KSAD.
KSAD mengatakan, setelah dinyatakan positif corona mereka menjalani isolasi di lingkungan Secapa. Dari 1.280 yang dinyatakan positif, hanya 30 orang yang menjalani perawatan di RS Dustira (RS TNI AD), Kota Cimahi. ‘’Sampai hari itu ada 17 orang dirawat di RS Dusrita. Sisanya kembali ke Secapa menjalani isolasi,’’ ujar dia.
Pasien yang menjalani dirawat di RS Dustira berkategori ringan. Hampir seluruh prajurit dan keluarga yang positif corona tidak punya gejala seperti demam, batuk, dan sakit tenggorokan. ‘’Mereka (yang 17) keadaan baik. Tidak ada gejala klinis yang diderita personel dan anggota keluarga’’ katanya.
Menurut jenderal bintang-4 ini kasus terkuak 2 pekan sebelumnya. Saat itu ia ada laporan Dan Secapa TNI AD, Mayjen TNI Ignatius Yugo Triono. ‘’Ini berawal dari ketidaksengajaan’’. Awalnya, ada dua pasis Secapa dirujuk dokter klinik lembaga pendidikan itu ke RS Dustira. Satu pasis mengeluh sakit bisul disertai demam karena infeksi dan satu lagi bermasalah dengan tulang belakang.
Sesuai prosedur keduanya menjalani swab dan positif corona. Kemudian dilaporkan pada Sabtu pekan lalu. Ia mengintruksikan jajarannya mengirim 1.250 unit alat rapid test ke Secapa sesuai jumlah siswa. ‘’Tapi pertimbangan ada pelatih yang berinteraksi dengan mereka, maka kami kirim 1.400 unit,’’ ujar dia.
Dari hasil rapid test ada 187 reaktif. Dari situ Andika ingin lebih yakin atas tes itu. Ia putuskan swab. : Maka, dikirimlah alat VTM dari Jakarta ke Kakesdam III Siliwangi. ’’VTM itu alat swab. Kemudian di swab. Dilakukan tes di laboratorium PCR dari situlah ditemukan,’’ tutur dia.
Jubir Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Yurianto menyebutkan, sebagian besar kasus baru yang terkonfirmasi (12/7) adalah OTG. Karenanya, sebagian besar pasien tak perlu perawatan dan isolasi di RS. “Mereka dengan keluhan sakit ringan dan merasa tidak sakit, tidak ada keluhan” ujar Yurianto.
Pasien positif yang tak bergejala ini diminta mengisolasi mandiri di rumah masing-masing. Isolasi harus ketat dan taat. Bila tidak, pasien positif yang abai jadi sumber penularan bagi orang di sekitar. “Ini yang kita lihat beban layanan RS tidak meningkat meski kasus baru ditemukan lebih banyak,” kata Yurianto.
Diingatkan masyarakat agar pakai masker saat berada di luar atau saat ketemu orang lain. Penggunaan masker lebih diutamakan ketimbang faceshield (pelindung wajah transparan) yang populer. Dia jelaskan alasan bermasker daripada faceshield. Masker lebih baik dalam menahan partikel droplet, khususnya micro-droplets, yang dimungkinkan masih melayang di udara agar tidak terhirup.
Faceshield, hanya ampuh untuk menahan droplet ukuran relatif ‘besar’. Kewaspadaan mengenai droplet yang bisa melayang di udara membesar setelah WHO merilis potensi penularan Covid-19 melalui microdroplet yang melayang di udara lama.
Masyarakat agar bermasker tiap kali beraktivitas di luar. Faceshield, boleh digunakan namun sifatnya sebagai tambahan pelindung selain masker. “Penularan mungkin terjadi, di satu sisi banyak kasus positif tanpa gejala yang tak perlu diisolasi di RS. Namun penularan dengan droplet harus dicegah. Kita tak bisa andalkan faceshield saja, gunakan masker!” ujar Yurianto.
Ada yang gak nyaman saat bermasker. Dia minta masyarakat bermasker berbahan nyaman. Ia sarankan pakai masker yang ada rongga antara masker dan lubang hidung, sehingga napas nyaman dilakukan. “Jangan turunkan masker ke dagu. Itu sama dengan mencemari bagian dalam masker dengan bakteri atau virus yang mungkin ada di dagu sehingga kalau menaikkan lagi ke atas tak bermakna baik.
Ketum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Dr (Cand) dr Inggrid Tania MSi mengatakan pentingkan konsumsi suplemen menjaga kesehatan. Dengan aktivitas padat di era new normal, menurutnya butuh ekstra peningkatan daya tahan tubuh. Sebab, tubuh perlu tambahan suplemen dari luar.
“Misal suplemen imunomodulator,” ujarnya. Yaitu zat yang memengaruhi sistem imun. Sistem tubuh diaktivasi dan dimodulasi. “Imunomodulator ada 2, yakni imunosupresan (berefek menekan) dan imunostimulan (berefek meningkatkan) respons imun,” jelasnya.
Ketika tubuh butuh peningkatkan daya tahan, maka dibutuhkan yang bersifat imunostimulan atau immune booster. Suplemen ini akan meningkatkan aktivitas sel-sel imun tubuh.
Inggrid menjelaskan, imunomodulator bisa terbuat dari subtansi natural atau subtansi yang sintetik. Jika ingin mendapat perlindungan imun maksimal atau komplet, dia sarankan mengonsumsi keduanya, imunomodulator yang natural maupun yang sintetik.
“Contoh yang sintetik itu misalnya vit-C, vit-D. Kemudian, yang dari bahan natural, tentu saja akan lebih bagus, karena lebih ramah diterima oleh tubuh kita, harapannya lebih mudah diabsorpsi,” katanya.
Konsumsi suplemen imunomodulator jadi penting, karena saat PSBB diperlonggar, banyak orang, termasuk OTG yang sama-sama beraktivitas. OTG ini positif Covid-19, tanpa gejala sehingga mereka tak tahu dirinya membawa penyakit hingga menjalani tes PCR.
Walau tanpa gejala, OTG berpotensi menularkan kesekitarnya. Orang dengan daya tahan lemah bisa tertular. Gejalanya bervariasi, mulai ringan, sedang, atau berat. “Justru kini yang mengkhawatirkan itu banyak OTG. Di sinilah pentingnya menjaga daya tahan secara optimal, di samping kita menerapkan protokol kesehatan seperti cuci tangan, wajib pakai masker, dan jaga jarak,” paparnya.
(Oleh Amri Amrullah; Djoko Suceno; Sapto Andika Candra; Desy Susilawati; Editor :Indira Rezkisari; Bahan dari : https://republika.co.id/berita/qde2g9328/dominasi-orang-tanpa-gejala-yang-harus-diwaspadai)-FatchurR *