(cnnindonesia.com)- Jakarta, Semua orang ingin awet muda, terutama wanita. Namun apa rasanya jika bukan hanya awet muda, tapi umur juga berhenti dan Anda jadi abadi? Tanyakan pada Adaline Bowman (Blake Lively) di The Age of Adaline.
Film bergenre epic romance fantasy ini sudah rilis di AS April-2015, berdekatan dengan Avengers: Age of Ultron. The Age of Adeline sempat menggoyang pendapatan Ultron meski kemudian film andalan Marvel tidak tergeser di box office kala itu.
Hanya sebentar menempati puncak box office, The Age of Adaline sanggup meraup US$ 51,7 juta atau Rp 688 miliar dari bujet yang menghabiskan US$ 25 juta atau Rp 333 miliar.
Film itu mengisahkan Adaline Bowman, wanita anggun cantik memikat. Semua berjalan normal pada kehidupan Adaline di awal jembatan Golden Gate dibangun, tahun 1900. Kehidupannya berubah sejak sang suami yang insinyur Golden Gate meninggal karena kecelakaan di lokasi pembangunan.
Menjadi janda satu anak dilalui tegar. Tapi suatu hari, kejadian aneh dialaminya. Ia kecelakaan ketika mengendarai mobil di kegelapan malam dan hujan salju yang anomali di daerah itu. Bersama mobil yang dikendarainya Adaline jatuh terguling ke sungai bersuhu dingin. Ia tenggelam dan tidak sadar. Suhu tubuhnya menurun drastis dan membuat jantungnya berhenti berdetak. Adaline tewas.
Namun mobilnya tersambar kilat berdaya 1500 volt yang membuatnya bangun kembali. Namun, struktur gen dirinya berhenti tumbuh. Artinya, secara metabolisme hidup Adaline berhenti di usia 29. Memiliki umur “mati” sepertinya menyenangkan. Tapi kelamaan itu jadi masalah.
Sekitarnya menua, tapi ia tidak. Saat dirinya dihadapkan jadi sasaran target penyelidikan terestrial oleh FBI, Adaline pun harus “lari dari kenyataan.” Alur film The Age of Adaline rumit. Baru penonton duduk di awal pemutaran, dipaksa memikirkan korelasi antara kehidupan Adaline sekarang dan masa lalu. Film itu harus ditonton penuh konsentrasi dan serius.
Sutradara Lee Toland Krieger cerdas meramu alur itu. Ia memasukkan alur cerita di tengah pelarian Adaline. Konflik diracik serius. Penonton bisa merasakan kebimbangan Adaline saat ia takut menghadapi kenyataan harus menyaksikan sang kekasih menua dan meninggal dunia sementara ia abadi.
Drama antar tokoh di film terbangun dengan baik. Krieger mempertemukan pemain kelas menengah dengan papan atas seperti Harrison Ford dan Ellen Burstyn. Ford dan Burstyn mampu menyelamatkan para pemain muda itu dari film yang terasa garing.
Kisah fantasi yang ditawarkan terbilang unik untuk digabung dengan penjelasan ilmiah yang “terlihat” cerdas. Namun sayang, itu jauh dari logika bagi penonton yang jelas memahami fisiologi anatomi tubuh manusia dan hubungannya dengan fisika alam semesta.
Penonton wanita mungkin iri melihat Lively yang tampil cantik, pintar, anggun, dan tegar sepanjang film berlangsung. Ia seperti tak pernah depresi. Meski beberapa kali sedih, kecantikan dan rambutnya yang tak pernah kusut mampu menutupi itu. The Age of Adeline ini film yang layak tonton bagi penggemar romansa dan fantasi seperti buku dan film Time Traveler’s Wife.
(Rsa; rsa; Endri Priherdityo; Bahan dari : https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20150618144926-220-60870/the-age-of-adaline-romansa-wanita-abadi-dari-masa-ke-masa)-FatchurR *