(duniaarie.blogspot.com)- 5-Wajib memiliki hobi
Hal sama terjadi di keluarga Supandji. Diceritakan Hendarti Permono Supandji, tiap anak wajib memiliki hobi. OR dan musik dua bidang yang diutamakan ayahnya. “Hari tertentu kami dibangunkan pukul 5 pagi. Bapak mengendarai jip tentara membawa kami ke kolam renang di Secang yang 30 km dari tempat tinggal kami di Magelang. Bapak melatih satu per satu anaknya berenang,” katanya.
Tiap Minggu pagi, ada sopir dari Akmil, Magelang, yang mengantarkan anak-anak untuk belajar piano dan biola. “Jika sopir berhalangan, kami naik bus dari Magelang ke Jogja,” kata Hendaji. Dia sempat kesal mengapa tak bisa bebas bermain seperti anak lain, tapi kini ia mengerti langkah ayahnya benar.
“Manusia tak hanya dikembangkan dari kecerdasan otak saja, tapi juga kecerdasan lain seperti bermusik dan motorik. Kita tahu dari ilmu psikologi terdapat 12 kecerdasan yang semua harus dilatih,” paparnya.
Orang tua tidak boleh egois. Menuntut anak berprestasi, tapi mereka tak mau berkorban. Bila diamati, tampaknya keluarga dengan anak sukses diawali dari orang tua yang berkomitmen dan siap berkorban demi mengantar anak-anaknya menggapai masa depan.
Contoh menarik di keluarga Markis Kido, juara ganda Olimpiade Beijing yang saudara-saudaranya juga atlet nasional bulu tangkis. Markis menceritakan, pengorbanan orang tuanya besar, sehingga kami punya semangat berkobar untuk mencapai prestasi. Setiap mau latihan, pagi-pagi semua anak sudah dibangunkan, digendong dan dimasukkan ke mobil satu demi satu.
Semangat orang tuanya itu membuat Markis tak ingin menyia-nyiakan kesempatan. “Orang tua saya sampai mengeluarkan biaya untuk ikut berbagai turnamen. Bahkan, orang tua kami yang mengantar, baik ketika tanding di dalam maupun luar negeri,” katanya.
Kesediaan berkorban juga diwujudkan dengan mendukung dan fasilitas, materiil seperti peranti pendidikan dan belajar atau non materil seperti suasana dan budaya keluarga. Orang sukses rata-rata lahir dari orang tua yang meyakini paradigma bahwa pendidikan itu penting. Keluarga Omar S.Anwar dan Soemarno juga seperti itu.
Ongki P. Soemarno menjelaskan, ortunya percaya pentingnya pendidikan. “Bapak bisa jadi gubernur, sekjen, dan menteri karena pendidikan. Bapak tak punya tujuan menjadikan kami sebagai pengusaha karena ambtenar tulen. Bukan materi, yang penting pendidikan,” kata pria yang lulus magna cumlaude dari Harvard University itu (program MBA). Ortunya susah-payah membiayai anaknya ke luar negeri.
Yang tak ketinggalan, para orang tua itu terus menstimulai putra-putrinya untuk berkembang sesuai minatnya alias tidak membiarkan anak tumbuh tanpa arah. Orang tua Arwin Rasjid gemar mengajarkan ke anak-anaknya rajin membaca buku-buku biografi orang terkenal dan orang sukses.
Arwin mengaku senang kebiasaan itu. Ia menandaskan, dengan membaca biografi orang besar, juga berbagai artikel yang mendorong pengembangan kepribadian, kita jadi banyak belajar. Bagaimana dengan keluarga Anda?
(Arie Fiantisca; Bahan dari : http://duniaarie.blogspot.com/2009/08/mereka-bukan-keluarga-biasa.html; Dikutip dari situs http://www.swa.co.id/swamajalah/sajian/details.php?cid=1&id=8629-FatchurR * Tamat………