(kalam.sindonews.com)- Dai lulusan Darul Mushtafa Hadhramaut Yaman, Ustaz Saeful Huda, menceritakan kisah dialog antara Guru dan murid. Dialog ini mengajarkan kita betapa besarnya pengorbanan Guru dalam mendidik muridnya.
Dalam iskusi itu, seorang murid bertanya kepada gurunya, “Jika memang benar para Guru adalah orang orang pintar. Mengapa bukan para Guru yang menjadi pemimpin dunia, pengusaha sukses, dan orang kaya raya itu?
Gurunya tersenyum bijak, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia masuk ke ruangannya, dan keluar dengan membawa timbangan. Ia letakkan timbangan itu di atas meja dan berkata: “Anakku, ini sebuah timbangan, yang biasanya untuk mengukur berat emas dengan kapasitas hingga 5.000 gram”. “Berapa harga emas seberat itu?”
Murid mengernyitkan kening, menghitung dengan kalkulator dan mejawab: “Jika harga 1 gram emas 800 ribu rupiah, maka 5.000 gram setara dengan 4 miliar rupiah”.
“Baiklah, coba bayangkan seandainya ada seseorang yang datang kepadamu membawa timbangan ini dan ingin menjualnya seharga itu, adakah yang bersedia membelinya?” kata Guru.
Murid diam sejenak karena mulai mendapatkan sedikit pencerahan dari Guru, dia berkata: “Timbangan emas tidak lebih berharga dari emas nya. Saya bisa mendapatkan timbangan ini dengan harga di bawah dua juta rupiah! Mengapa harus bayar 4 miliar?”
Gurunya : “Kini engkau mendapat pelajaran, kalian para murid, seperti emas, dan kami timbangan akan bobot prestasimu, kalianlah yang jadi perhiasan dunia ini, dan biarkan kami tetap jadi timbangan yang akurat dan presisi untuk mengukur kadar pengetahuanmu”.
“Jika ada yang datang padamu bawa sebongkah berlian di tangan kanannya dan seember keringat di tangan kirinya. Dia berkata: di tangan kiriku ada keringat yang telah aku keluarkan untuk menemukan sebongkah berlian yang ada di tangan kananku. Tanpa keringat ini, tidak akan ada berlian, maka belilah keringat ini dengan harga yang sama dengan harga berlian”.
“Apakah ada yang mau membeli keringatnya? Tentu tidak.”
“Orang hanya akan beli berliannya dan mengabaikan keringatnya. Biarlah kami, guru yang jadi keringat itu, dan kalianlah yang seharusnya menjadi berliannya,” kata Guru.
Mendengar penjelasan Guru, sang murid menangis. Ia memeluk gurunya dan berkata: “Wahai, betapa mulia hati kalian, dan betapa ikhlasnya, kami tidak akan bisa melupakan kalian, karena dalam setiap kepintaran kami, setiap kilau permata kami, ada tetes keringatmu”.
Guru berkata: “Biarlah keringat itu menguap, menuju alam hakiki di sisi ilahi Rabbi. Karena hakikat akhirat lebih mulia dari pernak-pernik dunia ini, mohon jangan lupakan nama kami dalam doa kalian”.
(rhs; P Rusman H Siregar;ondok Pesantren Sultan Fatah Semarang; Bahan dari : https://kalam.sindonews.com/read/131640/70/dialog-sang-guru-yang-bikin-murid-menangis-1597241336)-FatchurR *