Mengenang Asmu’i Nasution; Terkejut mendengar bahwa sahabat saya pak Asmu’i wafat di Borromeus semalam. Ada perasaan tidak percaya dan tidak mungkin. Terakhir bertemu tidak nampak ada tanda-tanda sakit. Tapi kemudian saya sadar, bahwa hidup ini memang selalu ada akhirnya.
Kematian adalah sebuah misteri, rahasia pemilik hidup itu sendiri, kita semua tidak diijinkan untuk mengintipnya, semalam rekan kita bang Asmu’i Nasution dan suatu saat kitapun akan sampai pada gilirannya. Pada saat beginilah kita sadar bahwa betapa singkatnya kita hidup dan kembali diingatkan-Nya untuk bersiap diri. Itulah yang diajarkan-Nya, ucapkanlah Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.
Tiga tahun lebih kami bersama di tempa di jalan Ambon Bandung, rasanya kami jadi seolah saudara satu keluarga. Apalagi saya sempat beberapa tahun satu asrama di jalan Palasari 3.
Setiap hari dua kali pulang balik kami menjalani rute abadi, jalan Malabar, Kosambi, Kebun pisang, menyebrang rel, Gudang Selatan, Intendans Kodam VI Siliwangi, Sumbawa, melewati komplek Ajudan Jendral, Topografi AD, jalan Aceh, jalan Seram dan akhirnya jalan Ambon.
Kadang kami berterompah karet, seragam khaki, membawa buku tulis biru tua pembagian tekun menuntut ilmu. Langkah-demi langkah kami jalani melewati gang becek, pinggir rel yang bau dan jalan aspal yang sudah lebih banyak batunya dari aspalnya, tekun tanpa mengeluh.
Bang Asmu’i adalah Batak yang pelit bicara tapi murah senyum. Logat Bataknya yang tetap kental tidak pernah luntur oleh udara Bandung. Setiap pagi alunan adzan subuh dari ruang depan asrama “Single Wire” selalu berusaha membangunkan kami, tapi kami malah menaikan selimut bergaris biru menyumpal telinga.
Maaf ya Bang. Abang adalah penjaga sholat kami, ia dengan sarung tergulung, yang selalu mengumandangkan adzan dan ia juga yang menjadi imam shalat jama’ah.
Selamat jalan Bang, semoga Allah yang tanpa hentinya kau seru mengampuni dosamu, menerima amalmu dan semoga lapang jalanmu, lapang kuburmu, jauh dari siksa kubur dan kelak pintu surga terbuka untukmu. Aamiin. (Sadhono Hadi, Mantan Ketum PP P2Tel)
Berikut kenangan dari Mantan Ketua BP Pusat :
Dulu saya sering bertemu p Asmui di poliklinik, cuma antuk antuk an kepala aja, beliau lupa dan jarak tempat duduknya memang jauh diantara pasien.
Kejadian sperti p Dhon ceritakan, belakangan memang sering kita hadapi, kemarin bersua tiba tiba kini sdh pergi utk tak kembali. Kita tdk sadar klo usia sdh memasuki saat utk dipanggil Illahi.
*Karenanya sahabat Vinus, marilah kita saling menyapa, setidaknya say hallo bgmn keadaan kita hari ini. Atau izinkan saya cerewet menyapa, sahabat yg jarang muncul seperti p Imam Suyoto, p Supardi, Inyiak Alkhairi, bu Nonni dan temen2 di mataram dll, selain kangen ya memang kangeen (Sunarto SA)
(Dikirim oleh :Sadhono Hadi-Yogyakarta dari GWA Vinus)-FatchurR