Beberapa bulan ini masyarakat di dunia berguguran karena Covid-19. Termasuk rekan kita yang aktif kerja apalagi PMP yang umumnya berusia diatas 55 hingga 90an tahun. Mari kita disiplinkan diri sesuai anjuran Yakes Telkom menjalankan Protokol Kesehataan. Berikut kematian yang terjadi dimasyarakat dari suatu sumber
(beritasatu.com)-JAKARTA; Pemilik komorbid atau kelompok yang berpenyakit bawaan bisa berefek parah saat terinfeksi Covid-19. Menurut data Satgas Covid-19 di daerah (Jateng, Jatim, dan Sulsel), 90% kematian pasien Covid-19 diikuti komorbiditas.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Siloam Hospital, Candra Wiguna menjelaskan, Covid-19 memiliki spektrum gejala klinis yang luas, dari yang bergejala, berat, bahkan menyebabkan kematian. Pasien yang menderita gejala berat sampai meninggal, lebih dari 90% berpenyakit penyerta yang ada sebelumnya, atau kondisi lemah karena faktor usia dll.
“Pasien komorbid ini membuat gejala Covid-19 jadi makin berat, bahkan wafat. Misalnya, Lansia daya tahan tubuh lebih rendah dari yang lebih muda. Ada penyakit Seperti, DB atau Hipertensi membuat daya tahan tubuh jadi lebih rendah dari yang tidak menderita penyakit bawaan,” jelas Candra dalam dialog bertajuk “Cegah Covid-19 pada Orang dengan Komorbid”, (5/11/20).
Komorbid seperti kardiovaskular atau jantung dan pembuluh darah juga penyebab fungsi organnya urun dibanding yang sehat. “Ini dianggap penyakit komorbid yang paling meningkatkan risiko kematian. Pada orang yang kardiovaskular, risiko dia wafat itu 10 kali lipat dari yang tidak menderita. Kalau DB 6 kali, sedang hipertensi 1-3 kali,” ungkapnya.
Pasien yang komorbid dan tertular Covid-19 itu gejalanya bervariasi. Kebanyakan penderita komorbid cenderung bergejala berat terutama sesak napas, yang berakibat kegagalan napas, sampai butuh alat bantu napas, oksigen, bahkan wafat. Kalau tak punya komorbid, gejalanya lebih ringan dan lebih umum. OTG hanya menunjukkan gejala, demam, sakit pada persendian, dan juga batu-batuk ringan.
Antisipatif
Candra Wiguna mengatakan, semua penderita komorbid harus berprinsip jaga jarak, cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta bermasker saat keluar rumah itu kunci menghindari penularan. “Khusus penderita komorbid, karena lebih rentan tertular maka harus melakukan Gerakan 3M dengan lebih lagi, khususnya jarak yang mulai abai di masyarakat,” jelas Candra.
Para komorbid diharap mengendalikan penyakitnya dengan baik. Misal, penderita hipertensi rutin konsultasi ke dokter, dan minum obat hingga terkendali. Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19 Bidang Perubahan Perilaku Turro Wongkaren: Tak hanya komorbid disiplin protokol kesehatan.
Ada 3 hal utama yaitu iman, imun, dan aman. Iman berkaitan dari dalam diri berhubungan dengan Tuhan YME. “Dari situ kita harapkan dapat ketenangan hati. Hati yang gembira itu obat katanya,” ungkapnya.
Soal imun diperoleh dari tidur cukup, OR, minum multivitamin, khususnya vit C, B kompleks, dan D, serta mineral seperti zat besi yang meningkatkan imunitas.
Aman berkaitan dengan perilaku orang lain, yang sering dikenal dengan 3M, menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan. “Orang dengan komorbid perlu meningkatkan semuanya. Khususnya yang 3M, karena kalau nggak mereka rentan kena Covid-19. Jadi selain 3M ini kita harus ingat iman, imun, dan aman,” pungkasnya.
(Dina Fitri Anisa; EAS; Bahan dari : Suara Pembaruan dan https://www.beritasatu.com/elvira-anna-siahaan/kesehatan/695307/mayoritas-kasus-kematian-covid19-dari-kelompok-komorbid)-FatchurR *