(cnnindonesia.com)- Jakarta, Menkeu Sri Mulyani membidik partisipasi pengumpulan dana Wakaf yang lebih besar dari masyarakat kelas menengah, khususnya generasi muda (milenial). Kesadaran kalangan ini terhadap instrumen wakaf meningkat dan bisa dijadikan sumber keuangan baru untuk memenuhi pembiayaan dari dalam negeri.
Sri mendasarkan realisasi pengumpulan dana instrumen wakaf kalangan menengah Indonesia-2020 Rp217 triliun, atau 3,4% total PDB. Ada partisipasi besar dari kalangan menengah dan jumlahnya bisa ditingkatkan sejalan pertumbuhan penduduk kelas menengah di Indonesia yang saat ini 74 juta orang.
“Kelompok milenial banyak, meski uangnya sedikit tapi kesadaran berinvestasi meningkat. Jika dimobilisasi, kita bisa kumpulkan pendanaan sosial dan instrumen (wakaf) dan dikembangkan,” ucap Ani itu dalam konferensi pers usai Webinar Strategis bertajuk Indonesia Menuju Pusat Produsen Halal Dunia oleh Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) di Kantor Wapres, Jakarta, (24/10).
Instrumen wakaf tak hanya tanah/benda tak bergerak, tapi berkembang jadi wakaf tunai yang terintegrasi dengan sukuk (surat utang negara). “Bayangan wakaf itu menyerahkan aset selamanya, tapi cash wakaf link sukuk ini durasinya 2-6 tahun, meski tidak tradable (tidak bisa diperdagangkan). Tapi 2 tahun, balik lagi hasil investasi yang diwakafkan,” jelasnya. Jadi, instrumen wakaf lebih menarik.
Sekretaris KNEKS itu berharap pengembangan instrumen wakaf makin menarik partisipasi masyarakat. Pemerintah tengah mensosialisasikan wakaf tunai terintegrasi sukuk agar makin banyak peminatnya. Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu menekankan pengelolaan instrumen wakaf ini akan dilakukan dengan transparan dan ditempatkan ke proyek sosial yang berdampak luas ke masyarakat.
Salah satunya, pengelolaan wakaf tunai terintegrasi sukuk untuk membangun layanan Retina Center di RS Achmad Wardi Banten. Sebelumnya, RS itu dibangun dari dana wakaf. “Nanti bisa beasiswa untuk siswa dhuafa, pembangunan klinik, bantuan modal UMKM kepada peternak, hingga beasiswa untuk anak-anak yang kesulitas pendengaran dengan alat bantu dan sebagainya,” tuturnya.
Senada, Wapres Ma’ruf Amin ingin partisipasi masyarakat yang mewakafkan dana meningkat. Apalagi, kita punya potensi itu karena berpenduduk muslim 87% dari total populasi 267 juta orang. “Ini potensi besar yang belum digali, padahal kita mulai merintis sukuk wakaf, tapi jumlahnya kecil-kecil,” tutur Ma’ruf pada kesempatan sama.
Padahal, wakaf bisa jadi sumber pembiayaan proyek sosial berjumlah besar dan menggerakkan ekonomi nasional. Untuk itu, perlu dipikirkan kebijakan yang bisa memperluas ragam wakaf dan menarik minat wakaf, salah satunya melalui Gerakan Nasional Wakaf Tunai (GNWT).
“Pengumpulan wakaf tunai selama ini untuk masjid, madrasah, pemakaman, coba dikembangkan supaya jadi dana besar yang diinvestasikan dan dikembangkan jangka panjang,” ujarnya. Ma’ruf mengingatkan agar lembaga pengelola dana wakaf bisa menghimpun dan menjaga dana wakaf dengan sebaik-baiknya. Tujuannya, agar kepercayaan masyarakat tetap tinggi pada wakaf.
(vws; Bahan dari : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20201024163406-78-562351/sri-mulyani-bidik-wakaf-dari-milenial-melek-investasi)-FatchurR *