(islampos.com)-● Emas berkata kepada tanah, “Coba lihat pada dirimu, suram dan lemah, Adakah kau punya cahaya mengkilat seperti aku? Apakah engkau berharga seperti aku?”
- Tanah menggelengkan kepala dan menjawab, “Aku bisa menumbuhkan bunga dan buah, bisa menumbuhkan rumput dan pohon, bisa menumbuhkan tanaman dll, apakah kamu bisa?”
Emas terdiam seribu bahasa. Dalam hidup ini banyak orang yang seperti emas, berharga, menyilaukan tetapi tidak bermanfaat bagi sesama. Sukses dalam karir, rupawan dalam paras, tapi sukar membantu apalagi peduli.
Tapi ada juga yang seperti tanah. Posisi biasa saja, bersahaja namun ringan tangan siap membantu kapanpun. Makna dari kehidupan bukan terletak pada seberapa bernilainya diri kita, tetapi seberapa besar bermanfaatnya kita bagi orang lain.
Jika keberadaan kita dapat menjadi berkah bagi banyak orang, barulah kita benar- benar bernilai.
Apalah gunanya kesuksesan bila itu tidak membawa manfaat bagi kita, keluarga dan orang lain.
Apalah arti kemakmuran bila tidak berbagi pada yang membutuhkan.
Apalah arti kepintaran bila tidak memberi inspirasi di sekeliling kita.
Karena hidup adalah proses, ada saatnya kita memberi dan ada saatnya kita menerima.
Tetaplah menjadi baik walaupun dipandang sebelah mata.
(Asep Saefullah; Dari GWA SWN; Redaktur Eneng Susanti Bahan dari : https://www.islampos.com/ketika-sebongkah-emas-berdialog-dengan-tanah-58759/)-FatchurR *