(republika.co.id)-Pandemi Covid-19 mengubah segalanya, termasuk tradisi budaya China ini. Untuk diketahui bahwa Tahun Baru Imlek dirayakan sebagai rasa syukur kalangan Konghucu. Umumnya, momen ini waktu mudik ke kampung halaman dan berkumpul dengan keluarga besar.
Namun, perayaan Imlek 2572 beda dari tahun sebelumnya karena Covid-19 masih mengancam. Tahun ini, persembahyangan di Klenteng dibatasi, pemuka Konghucu minta agar umat bersilaturahmi via daring guna menekan penyebaran Covid-19.
Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) membuat maklumat agar umatnya fokus sembahyang di rumah dan membatasi kunjungan ke Klenteng. Ketum Matakin, Uung Sendana Linggarjati, mengatakan, persembahyangan via daring.
Sejak era Reformasi, kata Uung, Matakin menggelar perayaan dan peribadahan Imlek khusus. Namun, karena pandemi, peribadahan dilakukan terbatas oleh rohaniwan. “Persembahyangan ke klenteng kita atur. Kita tekankan lebih banyak persembahyangan di rumah. Mestinya klenteng lebih sepi. Ini supaya pandemi segera berakhir,” kata Uung saat dihubungi Republika, (5/2).
Semua persembahyangan berbeda, misalnya, sehari sebelum Imlek, jemaat sembahyang kepada Tuhan berurutan dari orang tua hingga yang termuda. Kini, persembahyangannya bergilir dan dibatasi. “Misalnya yang paling besar pukul 07.00 dan dijatah 30 menit untuk satu keluarga supaya enggak berkerumun. Nanti silaturahim dengan semua keluarga besarnya bisa online,” kata Uung.
Kemenkes telah meminta kita merayakan Imlek di rumah. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, libur panjang terbukti memicu lonjakan kasus Covid-19, utamanya kasus di klaster keluarga.
Karena itu, dia minta, yang merayakan Imlek atau tidak, untuk mematuhi imbauan tidak bepergian dan berkerumun. Pemerintah minta agar kita menyambut dan merayakan Imlek dengan lebih sederhana dan daring. “Cara ini tidak mengurangi makna dari perayaan Imlek” kata Nadia dalam konferensi pers virtual.
Lbur Panjang, momen yang ditunggu industri pariwisata menjaring banyak pengunjung. Selama Covid-19, industri pariwisata satu lini paling terpukul. Setelah setahun krisis, banyak hotel, tempat wisata, dll gulung tikar. Ketum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jatim Dwi Cahyono mengatakan, anggota PHRI mempersiapkan strategi menarik pengunjung, salah satunya segudang promo.
Selama pandemi semua hotel dan restoran memberi promo berkala dan masif. “Pasti ada promo. Di hari biasa selama pandemi, kami rajin bikin promo untuk menaikkan tingkat hunian dan kunjungan wisatawan,” kata Dwi kepada Republika.
Meski ada imbauan pemerintah agar tidak bepergian di akhir pekan, Dwi optimistis ada peningkatan kunjungan di momen libur kali ini. Walau, sejauh ini, minat masyarakat untuk bepergian minim karena PSBB / PPKM. “Okupansi 15-20% jauh dari BEP (break even point –Red). Kondisi ini menambah jumlah hotel dan restog merumahkan karyawannya” kata Dwi.
Sebagai bentuk tanggung jawab dan komitmen menekan angka kasus Covid-19, dia pastikan, anggota PHRI telah menerapkan prokes. Sehingga, pengunjung aman dan meminimalisasi paparan Covid-19.
(Bahan dari : Rep: republika.id/ Red: republika.id dan https://republika.co.id/berita/qoi0hx4125000/merayakan-imlek-dan-berkumpul-secara-daring)-FatchurR *