(republika.co.id)- JAKARTA; Rencana Masjid Istiqlal mengaderan ulama perempuan dapat dukungan dari banyak kalangan. Kehadiran dan kiprah ulama perempuan dinilai dibutuhkan bangsa. Kemenag melalui Dirjen Bimas Islam, Kamaruddin Amin, menyebut, jumlah ulama perempuan kalah jika dibanding ulama laki-laki.
Ia menilai, program pangaderan ulama perempuan akan dilaksanakan Masjid Istiqlal itu bagus. “Hal ini akan membantu pemerintah dan masyarakat mencetak ulama perempuan, yang jumlahnya saat ini jauh dibanding lelaki,” ujar Kamaruddin saat dihubungi Republika, (24/2).
Kini dominasi laki-laki dalam pemikiran atau kontribusi keagamaan sangat terasa. Dan kontribusi perempuan dalam pemikiran keagamaan atau mencerahkan masyarakat belum berimbang. Untuk mengatasinya perlu afirmasi, ruang, serta kesempatan agar perempuan mempelajari agama lebih luas dan mendalam. Harapannya, ulama perempuan bisa memberikan pencerahan ke masyarakat.
Kondisi saat ini lebih baik jika dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pemikiran keagamaan didominasi dari produksi ulama pria. Akibatnya, bias gender kental dan terasa. “Bila ulama perempuan makin banyak jumlahnya dan saluran pemikirannya meluas, hal ini bisa lebih diimbangi. Nantinya mereka bisa mewarnai pemikiran keagamaan di Indonesia,” kata
Kemenag, berharap program itu lancar memproduksi lebih banyak ulama perempuan. Upaya mengaderisasi ulama perempuan, ia saat sebagai Dirjen Pendidikan Islam, Kemenag memiliki program beasiswa pada calon ulama perempuan. Beasiswa ini diberikan mulai jenjang S-2 hingga S-3. Melalui beasiswa itu, para calon dapat menimba ilmu di Institut Ilmu Alquran (IIQ) khusus perempuan.
Dukungan pada program pengaderan ulama itu juga disampaikan Ketum PP Nasyiatul Aisyiyah, Diyah Puspitarini. Menurutnya kita butuh lebih banyak ulama perempuan yang keilmuannya mumpuni. Ulama perempuan dibutuhkan menggali atau mengkaji hal-hal yang sifatnya tertutup bagi perempuan.
Perspektif ulama perempuan bukan berbeda, tapi mereka banyak mengkaji dari sisi perempuan. “Sebagai contoh, kalau tidak ada ulama perempuan, saya khawatir ada yang sifatnya tertutup bagi kaum perempuan, tapi tidak digali (dikaji),” ujar Diyah.
Diyah menyambut baik rencana ini yang akan mengader dan melahirkan ulama perempuan pengkaji Alquran dan hadis. Sebab, ulama perempuan masih kurang banyak. Ketua Umum PP Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT), Syifa Fauzia, juga menyambut baik program dari Masjid Istiqlal itu.
“Kita butuh yang memberi banyak ilmu, pengetahuan agama diperbanyak. Majelis taklim menyambut baik” kata Syifa. Untuk ustazah dan daiyah lebih mudah dan biasanya ilmunya dari pondok pesantren. Dan ulama, butuh jam terbang dakwah banyak dan berpengalaman luas dalam menuntut ilmu.
“Ulama bicara fatwa, bicara syariat. Karea ulama berpengalaman berdakwah, pengalaman mumpuni,” ujar dia. Program kaderisasi ulama perempuan ini bagus, apalagi beberapa bulan terakhir banyak ulama wafat, ada yang sakit. Dan jumlah ulama perempuan sedikit. “Kita kepengen banyak ulama, tempat cari referensi ilmu agama. Bagi BKMT, makin banyak ulama perempuan, pasti makin senang.’’
(Rep: republika.id/ Red: republika.id Bahan dari : https://www.republika.co.id/berita/qp2vb87525000/indonesia-butuh-lebih-banyak-ulama-perempuan)-FatchurR *