(republika.co.id)- JAKARTA; Islam diturunkan sebagai pedoman. Tujuannya agar manusia menentukan mana yang baik dan batil. Islam merupakan agama samawi yang ajarannya berisi perintah, larangan, dan petunjuk untuk kebaikan. Kebaikan itu tak hanya di dunia, tapi juga di akhirat.
Ensiklopedi Islam yang diterbitkan PT Ichtiar Baru Van Hoeve menyebut, Islam punya tujuh karakteristik. Salah satunya, Islam menganggap manusia sebagai pribadi yang bertanggung jawab pada Tuhan dan menjamin hak individu. Islam juga mengembangkan rasa tanggung jawab sosial dalam diri manusia.
Islam memberi petunjuk bagi seluruh manusia, termasuk dalam memperlakukan alam dan lingkungan hidup. Muslim punya panduan jelas dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Mereka didorong ramah pada lingkungan dan tak merusaknya.
Cendekiawan Muslim Yusuf Al Qaradhawi dalam buku yang berjudul Islam Agama Ramah Lingkungan mengatakan, menjaga lingkungan sama dengan menjaga jiwa. Jadi tak diragukan lagi. Sebab, rusaknya lingkungan, pencemaran, dan pelecehan pada keseimbangan akan membahayakan kehidupan manusia.
Menjaga lingkungan sama dengan menjaga keturunan manusia di muka bumi. Kerusakan yang dibuat kini akan diwariskan ke generasi mendatang. Mereka kelak menanggung akibat kerusakan ini. Tak hanya itu, menjaga lingkungan juga sama dengan menjaga harta. Allah SWT membekali manusia dengan harta untuk menjalani kehidupan. Harta itu bukan hanya uang, tapi bumi, pohon, dan tanaman itu harta.
Abu Hayyan di buku tafsirnya Al-Bahru al-Muhith membahas dan menafsirkan Al-Araf ayat 56. “Jangan kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan. Rahmat Allah amat dekat kepada orang yang berbuat baik”.
Dalam tafsirnya, ayat ini penegasan larangan semua bentuk kerusakan. Maka itu, membunuh jiwa, keturunan, harta benda, akal, dan agama itu perbuatan yang dilarang. Upaya pelestarian lingkungan tak hanya dalam tataran konsep, tetapi juga mewujud dalam kehidupan Muslim.
Sejarah membuktikan. Khalifah selalu memberi perhatian pada masalah lingkungan, langsung dan melalui pembantunya. Umar bin Khattab, misalnya, minta sahabatnya menanam pohon di tanahnya. Ia menemani sahabatnya menanam pohon. Umar memberi teladan agar Muslim ramah pada binatang. Ia melontarkan celaannya pada orang yang memperlakukan binatang secara kasar.
(Muhammad Hafil; Bahan dari : https://www.republika.co.id/berita/qb6mnw430/islam-dan-lingkungan-hidup)-FatchurR *