(suaramerdeka.com)-SAMPAH, bahan sisa yang tak bernilai untuk digunakan biasa, sudah rusak, dan tak bisa digunakan sehingga dibuang. Masalahnya, banyak yang suka membuang sampah sembarangan sehingga mengotori lingkungan dan jadi sumber penyakit.
Yang rawan terganggu akibat sampah, kesehatan kita karena sampah tempat bersarang berbagai vektor penularan penyakit, seperti lalat, tikus, nyamuk.
Di sampah ada patogen (bakteri, parasit, jamur). Jika vektor menyentuh sampah dan mengontaminasi bahan makanan, makanan, atau air maka saat kita mengonsumsinya dapat menghancurkan sel-sel tertentu pada tubuh dan tubuh pun mudah terkena penyakit, seperti demam tifoid, kolera, dan disentri juga hepatitis.
Sampah sering ditemukan di pinggir jalan dan menutup saluran air. Jika hujan besar, air dari saluran pembuangan meluap dan membawa sampah ke permukaan. Padahal sampah itu terkontaminasi bakteri Leptospira dari urine tikus dan sapi. Jika kita berada di air yang terkontaminasi dalam waktu lama atau ada kontak melalui luka terbuka maka mudah terinfeksi leptospirosis.
“Waspadlaha penyakit ini karena bisa demam dan alergi, juga jadi pintu dan dapat terserang meningitis (radang selaput otak)”, sebut Health Claim Senior Manager Sequis, dr. Yosef Fransiscus. Sampah tidak hanya di daratan. Paparan bahan kimia (timbal, tembaga, dan klorin dan sampah plastic) mencemari laut dan sungai. Bila bahan itu dikonsumsi hewan laut, lalu kita makan dapat meningkatkan risiko penyakit.
Misalnya, seafood yang tercemar merkuri, jika dikonsumsi dalam waktu panjang, terutama mereka yang kekebalan tubuhnya rendah dapat timbul masalah kesehatan, seperti rusaknya sistem saraf, gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin pada ibu hamil. Padahal, seafood itu sumber makanan yang tinggi protein, mineral, lemak tak jenuh, serta asam omega-3.
Sangat disayangkan lho? Sampah juga mengontaminasi udara jika dibakar karena senyawa hasil pembakaran sampah dapat meningkatkan risiko infeksi paru serta gangguan saraf, penyakit jantung, dan kanker.
Protokol kesehatan (Prokes)
Disarankan, saat pandemi ini selain menjalankan kepatuhan pada prokes, yaitu bermasker, jaga jarak, dan cuci tangan dengan air bersih, membiasakan diri tak buang sampah sembarangan.
“Penjelasan bahaya sampah itu panjang karena tiap jenis sampah jadi sumber penyakit. Menjaga lingkungan agar bersih dan segera benah lingkungan kotor-bersampah penting karena jika kotor menurunkan kualitas hidup. Masa pandemi, imunitas tubuh rentan diserang covid-19, jika sampah jadi masalah kita dirugikan infeksi patogen yang membahayakan” sebutnya.
Ia ajak masyarakat berkomitmen tidak buang puntung rokok di selokan, tidak buang kertas bungkus makanan, plastik, atau bekas minuman di jalan, tidak buang baterai bekas di tanah termasuk tidak meludah di sembarang tempat. Jangan menumpuk sampah dalam rumah dan buang sampah di tempatnya.
Kebiasaan itu menyebar kuman dan virus. Sampah busuk, baunya menyebar dan mengundang vektor penularan penyakit hinggap di sampah dan jadi penyebab tubuh terserang penyakit. Sampah bisa dibagi dalam golongan bisa didaur ulang, sampah tak bisa di daur ulang bila mengandung plastik, sampah bisa didaur ulang ada 2 tipe : Kertas/karton atau kategori sampah organik sisa sayur, buah, dan makanan.
Kesadaran hidup sehat juga perlu didukung dengan memiliki asuransi kesehatan karena biaya perawatan medis berpotensi menggerus tabungan. Dengan asuransi kesehatan, kita sudah mengantisipasi lebih dini faktor risiko yang timbul dan mengganggu kondisi keuangan kita.
(Andika Primasiwi; Bahan dari : https://www.suaramerdeka.com/gayahidup/kesehatan/255350-sampah-bisa-jadi-penghalang-hidup-sehat)-FatchurR *