P2Tel

Siswa Muhammadiyah Menciptakan Face Shield Pendeteksi Suhu

(republika.co.id)- SURAKARTA; Siswa SMP Muhammadiyah Program Khusus Kota Barat berhasil membuat smart face shield mencegah penyebaran Covid-19.

 

Ialah Devin Agastya Indy Gunawan, pembuat pelindung wajah atau face shield otomatis membaca suhu tubuh penggunanya dan melaporkan hasilnya dalam waktu tertentu. Karyanya itu didemonstrasikan dengan disaksikan ratusan siswa dan wali murid secara virtual.

“Penemuan ini berguna mengukur suhu yang memakai face shield real time dan tak perlu mengukur dengan thermo gun setiap beberapa jam. Suhu otomatis keluar di layar dan update tiap detik dan menit,” kata Devin dan rilis Humas SMP Muhammadiyah Kota Barat, Surakarta, (4/3).

Ide pembuatan face shield ini ketika ia lihat kekhawatiran potensi penularan Covid-19 dan pengecekan dengan thermo gun setiap masuk ke sekolah. “Proses pembuatan smart face shield ini agak lebih sulit sehingga perlu 1-2 bulan. Alat-alatnya berupa sensor suhu, layar, dan kontrol mikro,” ungkapnya.

Siswa beprestasi di kelas IX ini berharap karya inovatifnya bisa dipakai masyarakat, terutama teman sekolah dan guru saat pembelajaran tatap muka. Hal ini karena sensor tubuh bisa diketahui dan risiko seseorang diketahui dan ditindaklanjuti. “Kita bisa saling mengetahui dan mengawasi suhu satu sama lain. Jika di atas 39®, ada warning lampu kedip-kedip sehingga harus jaga jarak,” ujarnya menjelaskan.

Kepala SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta, Muhdiyatmoko mengapresiasi karya siswa yang ditampilkan di acara deklarasi sekolah ramah anak di sekolah. Kuncinya menyediakan fasilitas bakat dan minat anak sehingga potensi tersalurkan seperti robotik, menyanyi, jurnalistik, KIR, dll.

“Atas nama lembaga, kami apresiasi karya terbaik siswa seperti puisi, dongeng bahasa Jawa, solo vokal, dan karya inovatif smart face shield,” ungkapnya. Makna sekolah ramah anak menurutnya sekolah bisa memenuhi, menjamin, dan melindungi hak anak terkait pendidikan di sekolah.

“Bagaimana sekolah jadi rumah ke-2 bagi anak. Artinya mereka merasa aman dan menyenangkan ketika belajar di sekolah. Kiat-kiatnya menciptakan lingkungan asri, hijau, dan sejuk sehingga anak-anak nyaman belajar di sekolah. Seperti gazebo literasi tempat siswa bercengkrama berhias pancuran air yang membuat suasana hati tenang,” jelasnya.

Muhdiyatmoko berharap ke depan sekolah bisa memaksimalkan fungsi edukasi yang terkait dengan bagaimana melayani anak-anak dengan penuh ramah humanis dan menyenangkan.

(Rep: Andrian Saputra/ Red: Gita Amanda; Bahan dari : https://republika.co.id/berita/qpfv4c423/siswa-muhammadiyah-ciptakan-emface-shieldem-pendeteksi-suhu)-FatchurR *

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version