P2Tel

Yoga Memelihara KesehatanKu

[Pagiceria Kelas Yoga Virtual 22 Maret 2021] diisi berdasarkan pengalaman Dindin Suwandi, NIK 54, usia 66 jalan dengan berat 59 kg dan tinggi 160 cm. Berikut sajian dari yang bersangkutan :

Pada pagi ini saya bebagi cerita terkait kesehatan saya dengan judul Yoga Memelihara Kesehatanku. Memelihara di sini mengandung pengertian menjaga agar kesehatan terkendali dan  penyembuhan atas penyakit yang saya alami.

Berbicara tentang kesehatan saya teringat artikel sistem pengobatan Cina, bahwa bila dalam 1 tahun kita mengalami 1 kali flu saja, itu belum dikategorikan kita sehat. Dalam buku tentang yoga, bahwa semakin lentur punggung kita, maka kita makin awet muda. Saya artikan awet muda ini kita bisa melakukan aktivitas secara normal sekalipun usia semakin tua.

Berbagi cerita ini dibagi 3 bagian. Bagian pertama tentang kondisi kesehatan saya sekarang; bagian kedua terkait penyakit yang saya alami beberapa waktu lalu; dan bagian ketiga, latihan yoga yang saya lakukan dikaitkan dengan kondisi kesehatan saya dan penyembuhan penyakit yang saya alami.

Bagian pertama tentang kondisi kesehatan saya sekarang. Tanggal 24/2/2021 saya melakukan check-up mencakup pemeriksaan darah, EKG dan Rontgen dan Alhamdulillah hasilnya baik, kecuali dari EKG disebutkan sinus bradikardi 56 x per menit atau denyut jantung saya 56 detak per menit berada di bawah nilai standar yaitu 60-100 detak per menit. Kata Dokter saya kurang OR, jadi OR harus ditambah. Sedangkan dari hasil rontgen, paru-paru dan jantung saya normal.

Hasil test darah kolesterol saya baik, yaitu 176 di bawah batas 200. Asam urat dan gula normal. Jadi secara umum kesehatan saya baik dan Alhamdulillah pada minggu lalu saya bisa melakukan donor darah rutin di PMI, dan hari Jumat tanggal 19/3/2021 berhasil divaksin covid di Gubernuran.

Bagian kedua, Bulan Oktober 2019 saya mengalami nyeri pada panggul kiri dan saking nyerinya hingga tidak bisa tidur, setelah dirujuk ke dokter syaraf di RS Borromeus dan hasil rontgen didapat spondilosis lumbal antara L (Lumbar) 5 dengan S (Sacrum) 1  [L5 – S1] dan spondylolisthesis L5 grade 1-  yang diduga karena terlalu banyak duduk dengan posisi atau postur  tidak benar.

Tindakan yang diberikan, pemberian obat anti nyeri dan pelemas otot serta fisioterapi di RS Borromeus  4 kali, dengan frekuensi 2 kali seminggu. Adapun fisioterapi diberikan dengan 4 tindakan, yaitu penyinaran atau pemanasan; pembaluran balsam; pemijatan dan TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) stimulasi saraf secara elektris untuk pereda nyeri.

Hasil fisioterapi 4 kali ada perbaikan, tapi masih nyeri tidak seperti ketika awal berobat. Setelah 2 minggu, atau setelah fisioterapi selesai, saya konsul ke dokter yang sama dan disarankan tidak melakukan gerakan : melintir, mengangkat beban, naik tangga, berlari, membungkuk dan gerakan yang menghentak serta tidak boleh duduk di sofa atau bantalan empuk. Dokter menawarkan saya fisioterapi lanjutan namun saya menolak dengan alasan saya mau coba sendiri saja.

Bagian ketiga adalah latihan Yoga. Saya mulai ikut latihan yoga rutin di Yakes (Maret 2019) dan hampir tidak absen kecuali ada acara atau keperluan yang bentrok dengan waktu latihan. Saya berusaha untuk memperbaiki pose yang diajarkan instruktur, termasuk menyelaraskan pernapasan pada setiap Gerakan.

Dan saya selalu monitor sendiri perkembangannya termasuk melakukan test dengan menggunakan Karada Scan Body Composition Monitor yang ada di Fitness Center, saya lakukan tiap bulan, dan hasilnya menggembirakan ada beberapa item pengukuran yang mengalami perbaikan, yaitu BMI (Body Mass Index), kadar lemak dalam tubuh dan organ serta Body Age.

Yang paling menggembirakan adalah Body Age pada test pertama kali (Juli 2019) adalah 62 tahun dibanding usia kalender saya pada saat itu 65 tahun, tiap bulan menurun dan terakhir (Januari 2020) sebelum pandemi terukur Body Age saya 53 tahun jadi selisih 12-13 tahun dengan usia kalender.

Semua perubahan atau perkembangan itu saya yakini berkat melakukan yoga secara rutin, dan mungkin juga hasil check up pada bulan Februari yang lalu, karena dari segi makanan saya tidak ada pantangan.

Kemudian pada kasus nyeri di panggul kiri, Selama saya sakit saya tidak melakukan yoga termasuk tidak mengikuti Yoga Live, hal ini saya lakukan untuk mengetahui efektifitas dari fisioterapi atas penyakit saya, namun sementara itu saya cari di buku yoga yang saya punya termasuk searching di internet tentang penyakit saya

Selepas fisioterapi saya lakukan terapi sendiri dengan beberapa pose yoga yang kebanyakan sudah diajarkan instruktur pada latihan rutin setiap Senin dan Kamis. Namun saat terapi saya tidak mengikuti Yoga Live, karena ada pose tidak boleh saya lakukan dan pergantian dari satu pose ke pose lain relatif cepat sedang terapi satu pose harus ditahan dari 30 detik hingga beberapa menit tergantung jenis posenya.

Alhamdulillah setelah saya lakukan setiap hari ± 2-3 minggu, nyeri panggul saya hilang namun belum pulih 100%, kadang timbul  terasa sedikit nyeri atau ngilu bila saya lakukan aktivitas tertentu, karena maklum saya masih mengangkat galon air, karung beras, tabung gas. Tapi nyeri ini gampang hilang kembali.

Seperti kita ketahui yoga asana melatih 3 aspek, yaitu kekuatan, keseimbangan dan kelenturan. Apabila saya bandingkan ketiga aspek itu antara kaki kiri dan kaki kanan, maka kaki kiri masih lebih rendah kualitasnya dibandingkan kaki kanan. Sebagai contoh kalau melakukan Tree Pose atau Warrior III dengan kaki kiri, badan kurang stabil dan mudah terjatuh.

Sejak Desember 2019 saya sudah aktif kembali mengikuti Yoga Live dan mengikuti kelas rekomendasi dan semua gerakan bisa ikuti tanpa hambatan.

Sebenarnya saya harus konsul kembali ke RS Borromeus pada Desember-2020, namun belum saya lakukan karena saya masih evaluasi diri dampak aktivitas saya, nyeri dan latihan yang saya lakukan. Yang penting selama ini tidak mengalami perburukan kondisi.

Disamping itu saya juga ikut program rekomendasi Yakes dengan dokter Iqbal, dan dari hasil konsultasi dengan beliau mendapatkan informasi lebih lengkap dan membuat saya lebih termotivasi lagi pada yang saya lakukan, dan rasanya tidak perlu lagi konsul dengan dokter di RS Borromeus.

Demikian yang dapat saya ceritakan, mudah-mudahan menambah motivasi saya dan Bapak/Ibu untuk melakukan yoga lebih baik lagi, dan bisa memberikan pemahaman yang lebih baik tentang manfaat yoga dan memberi semangat untuk melakukan yoga.

Dan satu hal lagi untuk mengatasi keterbatasan atau penyembuhan penyakit harus disertai dengan niat, sabar dan ajeg atau konsisten agar hasil atau manfaatnya bisa dipetik serta berusaha berlatih dengan benar, teratur dan terukur. Salam sehat. (Dindin Suwandi)-FatchurR

Ikuti juga baahan presentasinya di Flipbook berikut ini

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version