(beritasatu.com)-JAKARTA; Kemajuan teknologi membuat dokter bisa mendeteksi penyakit hilang ingatan atau Alzheimer jauh lebih dini sebelum muncul gejala yang serius.
Hal ini diungkapkan Profesor Ralp Martins, pakar neurobiology dari MacQuarie University di Sydney, Australia, dalam diskusi lewat video yang digelar oleh Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan dan RS Siloam, Kamis (7/5/2020).
“Alzheimer bisa dikatakan epidemik terbesar dunia dan makin bertambah besar. Di Australia, Alzheimer pembunuh no. 1 di kalangan perempuan, dan no. 2 untuk lelaki,” kata Martins. “Ini masalah serius dan membuat kami semua khawatir,” ujarnya.
Para ilmuwan meneliti serius pada penyakit yang menyerang otak ini dan terciptalah teknologi revolusioner untuk bisa mendeteksi Alzheimer jauh lebih dini. “Kita bisa mendiagnosa penyakit Alzheimer 20 tahun sebelum gejalanya muncul dengan memindai otak untuk mendapatkan citranya [brain imaging],” kata Martins. Dilakukan dengan meneliti citra amyloid (kumpulan protein) di otak pasien.
Di Australia, penelitian ini studi berjudul “Australian Imaging, Biomarker and Lifestyle Study of Ageing”, kata Martins. Tapi diagnosa dengan pencitraan otak itu mahal. “Ongkosnya A$ 3.000 [Rp 29 juta] dan jauh lebih mahal lagi di AS” kata Martins dalam diskusi yang dipandu Profesor Dr Eka J Wahjoepramono, yang berprofesi sebagai dokter bedah otak.
“Ini awal bagus mendiagnosa pasien, kami berusaha cari cara murah, mudah, dan terjangkau” ujarnya. Ada teknik diagnosa yang dikembangkan, misal tes darah, yang 2 tahun lalu dianggap tidak mungkin. “Anda bisa tes darah khusus yang akurat mendiagnosa Alzheimer” kata Martins. “Kami juga periksa mata, di bagian belakang mata (retina), yang jadi penanda diagnosa paling umum,” imbuhnya.
Apa obatnya
Terlepas dari kemajuan teknologi yang bisa mendeteksi Alzheimer jauh lebih dini, tersisa satu pertanyaan besar. “Yang kami sampaikan kepada diri sendiri : apa yang bisa dilakukan mengobatinya?” kata Martins.
“Kami belum memiliki pengobatan efektif,” imbuhnya. Karena itu, peneliti melihat faktor mencegah atau mengurangi dampak Alzheimer dengan melihat gaya hidup pasien. “Tim kami di Australia mencermati faktor gaya hidup berbeda, termasuk pola makan, OR, kualitas tidur, dan pelatihan otak. Masing-masing berperan menjaga otak tetap sehat,” kata Martins.
“Belakangan ini, makin jelas bahwa kalau Anda gabungkan semua faktor itu, maka akan mengurangi dampak pada penurunan daya kognitif, otak manusia bisa sehat lebih lama,” pungkasnya.
lzheimer adalah tipe paling banyak ditemukan dalam penyakit dementia, yaitu berkurangnya atau hilangnya daya ingat dan kemampuan berpikir, dan berdampak pada perilaku pasien. Diperkirakan sekitar 44 juta orang di dunia menderita dementia, yang umumnya disebabkan oleh usia yang makin lanjut.
(Heru Andriyanto; HA Bahan dari : BeritaSatu.com dan htBeritaSatu.com dan https://www.beritasatu.com/kesehatan/630011/tahukah-anda-alzheimer-bisa-dideteksi-20-tahun-sebelumnya)-FatchurR *