(kalam.sindonews.com)-Keluarga adalah madrasah Iman yang utama. Ada potret istimewa keluarga yang dicantumkan di Al-Qur’an, yakni keluarga Imran. Allah memberinya kehormatan jadi salah satu nama surat, yang hanya 114 nama ini. Nama surat itu surat Ali Imran. Lantas apa istimewanya keluarga Imran?
Sosok Imran bukan nabi atau rasul. Namun Allah SWT memujinya lewat ayat dan menyandingkannya dengan nama dan Keluarga nabi . Allah Ta’ala berfirman: “Allah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing).” (QS Ali Imran: 33)
Dalam tafsir Ibnu Katsir, Imran dan istrinya, hamba yang tekun beribadah. Mengawali Pendidikan anaknya sejak kandungan. Ketika istri Imran hamil, ia berdoa dan menadzarkan anaknya jadi hamba sholeh yang mengabdi ke Allah, secara khusus berkhidmat kepada Baitul Maqdis.
Nadzar keluarga Imran ini menunjukkan tingginya cita-cita melahirkan generasi berkualitas, dengan memohon kepada Allah agar generasi yang akan dilahirkan jadi hamba yang sholeh.
Doa sejak mengandung anak itu senjata ampuh, untuk melangitkan harapan. Seperti yang disebutkan firman-Nya: Ya Tuhanku, aku menazarkan kepada Engkau anak dalam kandungan jadi hamba saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Terimalah (nazar) itu dariku. Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Ali Imran: 35)
Muslimah, seorang ibu hendaknya memperhatikan sisi ruhiyah ketika ia mengandung. Jangan hanya sibuk memikirkan hal duniawi saja, misalnya persiapan melahirkan atau dari sisi kesehatannya. Meski hal itu tetap mendapat perhatian. Hal pertama dan utama adalah pendidikan dari segi ruhiyah sejak dalam kandungan.
Istri Imran melakukan pendidikan dalam kandungan, walau suaminya (Imran) meninggal ketika hamil. Lalu pendidikan itu berlanjut tatkala n melahirkan, ia berdoa, “Aku memberinya nama Maryam, dan aku mohon perlindungan-Mu untuknya dan anak-cucunya dari (gangguan) setan yang terkutuk.” (QS. Ali Imran: 36).
Istri Imran itu potret ibu yang senantiasa mohon kepada Allah penjagaan ke anaknya. Potret ini mengisyaratkan setiap fase hamil dan melahirkan hendaknya mohon kepada Allah, dan Allah akan menerima hal yang baik. Mengawali tiap fase dengan niat dan cara baik dan melangitkan harapan itu ke Allah, maka Allah akan menerimanya, bahkan terlibat dalam proses pertumbuhannya.
Allah mengirimkan Zakaria memeliharanya, karena, Imran wafat. Allah melimpahkan rezeki makanan yang Allah kirimkan kepada Maryam. “Maka Allah menerima dan membesarkan dengan pertumbuhan yang baik, dan menyerahkan pemeliharaannya ke Zakaria. Tiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab, dia dapati makanan disisinya. Dia berkata, “Wahai Maryam, darimana ini engkau peroleh?”
Maryam menjawab, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberikan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.” (QS. Ali Imran: 37)
Keistimewaan keluarga Imran tak berakhir. Maryam, wanita suci dipilih Allah jadi ibu nabi dan keluarga ini tak hanya sampai pada anaknya, namun semakin meningkat kualitas generasinya hingga ke cucunya, yakni Nabi Isa ‘AS. Doa dan madrasah iman oleh Imran dan istrinya berujung pada lahirnya seorang nabi.
Dari keluarga Imran ini kita bisa belajar. Mutu anak ditentukan peran orang tua. Proses pendidikan orang tua ke anaknya jadi kunci utama kualitas seseorang.
(wid; Widaningsih; Bahan dari : https://kalam.sindonews.com/read/399740/72/belajar-dari-kemuliaan-keluarga-imran-1618610695 )-FatchurR *