(beritasatu.com; Sajian lama)-JAKARTA; Seperti muslim di dunia, 300.000 umat muslim di Hong Kong juga ikut berpuasa Ramadan. Sebagai kota keragaman, di Hong Kong banyak pilihan tempat makan dan toko halal bagi wisatawan dan umat muslim lokal.
Di Hong Kong ada 5 masjid besar yaitu Masjid Kowloon, Masjid Al Ammar, Masjid Jamie, Masjid Chai Wan dan Masjid Stanley; dan sejumlah musholla di berbagai tempat.
Selama Ramadan, seluruh aktivitas terpusat di masjid, mulai berbuka, salat berjamaah hingga berbagi kebutuhan di antara masyarakat setempat. Menurut Imam Besar Hong Kong, M. Arshad, situasi Ramadan di Hong Kong berbeda sejak Pandemi Covid-19 melanda tahun-2020.
Tahun 2020, masjid ditutup setengah bulan Ramadan. Setelahnya, masjid dibuka, dengan menerapkan prokes ketat, dan jamaah diwajibkan menjaga jarak, dan mengenakan masker selama salat di masjid.
“Ramadan 2020 dan 2021 berbeda dengan tahun sebelumnya. Mereka melaksanakan Tarawih di masjid, dengan prokes ketat termasuk jaga jarak. Kami tidak berbuka puasa di masjid. Jemaah bawa makanan dan minuman bukan untuk berbuka puasa namun juga untuk dibagikan ke warga setempat”.
“Sebelum pandemi melanda, di Masjid Raya Kowloon, tiap malam, salat tarawih diikuti 1.500 – 2.000 jemaah. Kini, kami hanya melaksanakan bersama staf masjid,” ujar Imam Besar Hong Kong, M. Arshad.
Pandemi juga memengaruhi restoran halal dan mengubah strategi bisnis resto selama Ramadan. Ma’s Restaurant adalah resto Tiongkok halal yang popular untuk warga lokal dan turis. Pengunjung dimanjakan lidahnya dengan masakan khas Tiongkok halal, mulai mie daging sapi ala Shanghai, Sup Goulash Daging Sapi Muda, dan dimsum.
Sebelum pandemi, pelanggan harus reservasi tempat dulu sekaligus pesan makanan untuk berbuka. “Kini, ada pembatasan pergerakan dan terkait prokes, orang merasa aman bersantap di rumah. Kami lebih fokus pada pengiriman pakai operator dan juga ambil sendiri, karena mereka lebih nyaman makan di rumah” ujar Mr Ma, pemilik Ma’s Restaurant.
Pelanggan Ma’s Restaurant Imam Baihaqi, WNI yang bekerja di Dompet Dhuafa Hong Kong. Menurut Imam, banyak cerita menarik selama puasa Hong Kong.
“Sebelum pandemi, tradisi kami mengadakan kampanye berbagi dengan komunitas non-Muslim tentang Ramadan dan praktik puasa. Kami gelar acara buka puasa dan tarawih dan mengundang ustaz dan ustazah dari Indonesia untuk berceramah di aula yang kami sewa dan satu ritual besar lain, salat Idulfitri di taman besar di Hong Kong,” ujar Imam Baihaqi.
Karena pandemi, banyak aktivitas fisik dialihkan ke platform online. Imam Baihaqi melihat Hong Kong mendukung warganya tanpa memandang latar belakang agamanya. Sehingga perkembangan Islam di Hongkong baik. Ia juga menyoroti tempat wisata internasional seperti Hong Kong Disneyland dan Ocean Park menyediakan resto halal dan musala.
Bagi Baihaqi, puasa di luar negeri itu ujian dan pengalaman belajar, (di kota yang mayoritasnya tidak berpuasa). Juga kerinduan akan kampung di Indoneisa, terutama saat Ramadan dan Idul Fitri. Baginya, Pandemi ini mempengaruhi tiap orang dan kebiasaan Ramadan. Beribadah, tidak bergantung berjemaah atau sendiri, karena tujuan dasar berpuasa tetap sama.
Meski praktiknya banyak hal yang berubah selama Ramadan di saat Pandemi, namun Imam Besar Hong Kong, M. Arshad mengatakan Ramadan, bulan yang menyerukan umat Islam untuk berbagi dan menyatu dengan semua umat secara keseluruhan tanpa memandang latar belakang agama.
“Tantangan dalam pandemi membawa kita bela diri terlepas dari warna kulit, keyakinan, dan negara. Ramadan mengajari disiplin, bertanggung jawab dan menumbuhkan kepedulian pada orang lain. Tak ada waktu yang lebih baik melakukan hal itu selain di bulan suci Ramadan ini, tutur Arshad.
(Iman Rahman Cahyadi; Bahan dari : BeritaSatu.com dan https://www.beritasatu.com/ramadansatu/iman-rahman-cahyadi/ramadan/767697/kisah-muslim-di-hong-kong-menjalani-puasa-di-tengah-pandemi )-FatchurR *