P2Tel

Zona Muhasabah GeMA Series – Al Muqiit-Maha Memelihara, Maha Mencukupi, Maha Memberi Kekuatan

(Kontributor : Suradi-Tangerang Selatan)

Apa itu Al Muqiit?.

Al Muqiit memliki arti  genggaman segalanya ada dalam genggaman Allah, pemeliharaan Allah maha memelihara atas ciptaanNya, Allah memiliki kekuasaan atas maklhuknya dan Allh memiliki kemampuan yang makhluk tidak memiliki kemampuan dibanding Nya.

Menurut Imam Al Ghazali : Pencipta (Allah yang menciptakan makhluk dana lam semesta), Pemberi (Allah maha Pemberi antara lain memberi rezeki kepada makhluk Nya) dan pengantar makanan menuju jasmani atau ruhani, sehingga makhluk terutama bagi manusia tidak perlu berputus asa dan tetap semangat. Mengenggam atas kuasa Nya, Menguasai alam semesta dan makhluk Nya dan  mampu atas kejadian alam dan makhluk Nya.

Asmaul husna yang memiliki kesamaan adalah sifat Ar Rozaq  yang mencakup makanan, pakaian dan lainnya. Dalam tafsir Ibnu Ajibah Al Husaini mengatakan bahwa salah satu bentuk peneladanan tehadap Al Muqiit adalah engkau memberikan santapan kepada yang berhak menerimanya dari tanganmu dan hal itu dapat dimulai dari dirimu sendiri lalu orang yang berada dalam tanggunganmu yaitu keluarga atau sanak saudara.

Ayat Al Quran yang mendasarinya.

“Barangsiapa yang memberikan syafa’at yang baik, niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. Dan barangsiapa memberi syafa’at yang buruk, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” QS An Nisa ayat 85

Hikmah dan ibrah dari kisah.

Kisah pertama,  ada sebuah kisah nyata (true story) yaitu seorang tukang reparasi pipa air di masjid Nabawi yang bernama H. Muhammad yang melakukan aktivitas unik. Dikatakan unik karena selama seperempat abad (25 tahun) senantiasa sholat berjamaah di masjid Nabawi tepat waktu dan pada shof pertama di belakang samping kanan imam.

Waktu 25 tahun merupakan waktu yang tidak pendek dan membutuhkan perjuangan yang panjang pula. Apalagi bagi seorang pekerja yang memiliki aktivitas rutin yang terkadang melelahkan dan dikejar target selesai. Orang tersebut membuat kontrak dengan Allah tidak akan melewati sholat 5 waktu berjamaah di masjid Nabawi di shof terdepan dan  tepat waktu.

Selain itu H. Muhammad memilki kesibukan mengantarkan Al Quran kepada jamaah di masjid Nabawi kemudian mengembalikannya ke tempat semula dengan memakai pakaian khas Pakistan. Pertanyaan kita, siapakah yang memberikan kekuatan kepada H. Muhammad?

Apakah karena semangat H. Muhammad? Jawabannya adalah Allah yang Maha memberi kekuatan. Hikmah dan ibrah dari kisah ini adalah Allahlah yang memberikan kekuatan kepada hamba yang dikehendaki sehingga buatlah kontrak karena Allah.

Kisah yang kedua adalah kisah Syaikh Abdul Qodir Jailani yang tinggal di Bagdad. Pada zaman itu terjadi masa yang harga kebutuhan pokok melambung tinggi sehingga Syaikh Abdul Qodir Jailani berusaha pergi ke kota menjumpai orang-orang di kota tersebut hingga memungut makanan di jalan untuk sekedar untuk bertahan hidup.

Pada suatu saat ada pemuda yang sedang menikmati roti di dekatnya kemudian pemuda tersebut menawarkan roti kepada Syaikh Abdul Qodir Jailani namun ditolaknya. Akhirnya sang pemuda ikhlas demi Allah dan Rasulullah memberikan roti tersebut sehinga Syaikh Abdul Qodir Jailani bersedia menerima dan mengkonsumsinya.

Sang pemuda tersebut bertanya jati diri orang yang diberi roti tersebut dan dijawab bahwa yang menerima roti tersebut bernama Syaikh Abdul Qodir Jailani yang selama ini dicari oleh sang pemuda, Atas kekuatan yang diberikan Allah maka dipertemukanlah sang pemuda dengan Syaikh Abdul Qadir Jailani. Ibrah yang terkandung dalam kisah ini adalah kita hendaknya mintalah kepada Allah bukan meminta kepada sesama makhluk.

Spirit Al Muqiit.

Ada 3 indikator yang menjadi spirit Al Muqiit dalam kehidupan manusia.

Pertama,  gemar berbagi ilmu dan makanan. Seperti dicontohkan oleh Nabi Ibrahim yang terkenal kedermawaannya karena suka memberi  makan, makan bersama dan tidak merasa nyaman bila makan sendirian.

Kedua, sukses menjadi perantara rezeki bagi orang lain (keluarga, tetangga, lingkungan kerja) sehingga kita belum termasuk golongan orang yang sukses bila hanya mementingkan diri sendidi. Ketiga,  menolong orang lain adalah rezeki sehingga ketika kita menolong seseorang, maka orang tersebut tidak langsung membalasnya namun Allah memberikan jaminan balasan bisa melalui oranglain yang bukan menerima pertolongan tersebut.

Kiat Meneladani Al Muqiit.

Carilah kebahagiaan dan ketenangan yang bersumber dari Allah sehingga tidak galau atas pemikiran manusia yang cenderung berorientasi pada kepentingannya. Allah maha mencukupi sehingga tidak ada alasan untuk berputus asa dan terus semangat berikhtiar meraih apa yang diharapkan.

Tidak kikir dan suka berbagi yang diaktualisasikan dengan habit untuk menyisihkan sebagian rezekinya untuk berinfaq atau shodaqoh secara istiqomah untuk kemaslahatan umat.

Memohon hanya kepada Allah rezeki jasmani dan ruhani yang berarti Allah telah memberikan jaminan rezeki kepada setiap makhluk dan tidak akan salah sasaran. Berbagi rezeki kepada keluarga, tetangga dan karib kerabat yang mengindikasikan berbagi rezeki dimulai dari orang-orang terdekat keluarga kemudian berkembang ke tetangga dan lingkungannya. (Kontributor : Suradi-Tangerang Selatan; Source : Pemaknaan GeMA-Jumat, 6 Agustus 2021)-FR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version