(republika.co.id)- JAKARTA; Dalam kehidupan ini ada banyak keyakinan, meski awalnya keyakinan hanya kepada Allah SWT. Allah yang Mahapengasih dan penyayang melarang orang beriman mencaci keyakinan orang lain. Larangan ini diabadikan Allah SWT dalam surat Al Anam 108.
“Janganlah kamu memaki sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.”
Prof Quraisy Shihab dalam karyanya, Tafsir Al-Misbah mengatakan, ayat ini bimbingan khusus ditujukan kepadi kaum muslimin. Bimbingan ini menyangkut larangan mencaci Tuhan mereka yang boleh jadi dilakukan kaum Muslimin, terdorong emosi menghadapi gangguan kaum musyrikin atau ketidaktahuan mereka, tentang yakin kepada Allah SWT pasti akan selamat.
“Hal ini (mencaci keyakinan yang lain tidak mungkin akan terjadi dari Nabi Muhammad SAW yang sangat luhur budi pekertinya lagi bukan seorang pemaki dan pencerca,” kata Prof Quraish. Karena itu redaksi ayat ini hanya ditujukan kepada jamaah kaum Muslimin, yakni:
“Jangan kamu wahai kaum muslimin memaki sembahan seperti berhala yang mereka sembah selain Allah.” Jika kamu memakinya maka mereka akan memaki pula Allah dengan melampaui batas atau secara tergesa-gesa tanpa berpikir dan tanpa pengetahuan. Yang mereka lakukan dari cacian itu sama dengan apa yang telah dilakukan kaum musyrikin yang lain sepanjang masa.
“Kami memperindah bagi setiap umat amal buruk mereka akibat kebejatan budi mereka dan akibat godaan setan terhadap mereka,” katanya.
Jangan duga mereka akan lepas dari tanggung jawab, yakni nanti setelah datang waktu, yang boleh jadi kamu anggap lama sebagaimana dipahami dari kata “tsumma” kepada Tuhan merekalah yang sampai saat ini terus memelihara mereka, kembali mereka, yakni akhirnya mereka pasti kembali kepada Allah SWT.
Kata Quraish, melarang memaki kepercayaan kaum musyrikin. Karena makian tak merighasilkan sesuatu menyangkut kemaslahatan agama. “Agama Islam datang membuktikan kebenaran, dan makian ditempuh mereka yang lemah,” katanya.
Sebaliknya makian boleh jadi kebatilan dapat nampak di hadapan orang awam sebagai pemenang, karena itu suara keras si pemaki dan kekotoran lidahnya tidak pantas dilakukan Muslim yang harus memelihara lidah dan tingkah lakunya.
Di sisi lain, makian dapat menimbulkan antipati terhadap yang mencaci, sehingga jika hal itu dilakukan seorang Muslim, yang dimaki akan semakin menjauh.
(Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah; Bahan dari : https://republika.co.id/berita/qylet7320/alasan-mengapa-kita-tak-boleh-hina-agama-orang-lain)-FatchurR *